Pages

Sunday, August 23, 2015

Makalah Teori nilai guna dan teori perilaku produsen

BAB I
TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN
TEORI NILAI GUNA (UTILITY)

Teori Perilaku konsumen
Tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu pendekatan nilai guna (utility) cardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Dalam pendekatan nilai guna cardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seseorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Sedangkan dalam pendekatan nilai guna ordinal, manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak di kuantifikasi. Tingkah laku seorang konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan dengan bantuan kurva kepuasan sama yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasan) yang sama.

Teori Nilai Guna (utility)
Didalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai guna nyaatau utilitinya.
Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian yaitu nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marjinal berarti penambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dan pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.


Hipotesis Utama Teori Nilai Guna
Hipotesis utama teori nilai guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun menyatakan bahwa penambahan nilai guna yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya keatas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi keatas barang tersebut ditambah satu unit lagi maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit. Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus menerus dalam mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsikannya.

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : Pendapatan, Selera konsumen, dan Harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (cateris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada teori perilaku konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapata yang diperolehnya dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Cara Memaksimumkan Nilai Guna
Kerumitan yang ditimbulakan untuk menentukan susunan atau komposisi dan jumlah barang yang akan mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber dari perbedaan harga-harga berbagai barang. Kalau harga barang adalah bersamaan, nilai guna akan mencapai tingkat yang maksimum apabila nilai guna marjinal dari setiap barang adalah sama.
Syarat Pemaksimuman Nilai Guna
Dalam keadaan dimana harga-harga berbagai macam barang adalah berbeda. Syarat yang harus dipenuhi agar barang-barang yang dikonsumsikan akan memberikan nilai guna yang maksimum adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya.
Teori Nilai Guna dan Teori Permintaan
Dengan menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan bersifat menurun dari kiri atas kekanan bawah yang menggambarkan bahwa semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak permintaan keatasnya. Ada 2 faktor yang menyebabkan poermintaan keatas suatu barang berubah apabila harga harga barang itu mengalami perubahan, yaitu :
Efek Penggantian
Perubahan suatu barang mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna marjinal per rupiah yang diwujudkan oleh barang tersebut semakin rendah.
Efek Pendapatan
Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan kata lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga  menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan riil bertambah dan ini akan mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya.
Surplus Konsumen
Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini dalam analisis ekonomi dikenal dengan surplus konsumen. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsikan sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat  untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar daripada pembayaran yang dibuat.

Kesimpulan

Tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu pendekatan nilai guna (utility) cardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Didalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai guna nyaatau utilitinya. Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian yaitu nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marjinal berarti penambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dan pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.


BAB II
TEORI PERILAKU PRODUSEN
PRODUSEN DAN PRODUKSI
Produsen adalah orang atau suatu badan perusahaan yang berperan dalam menaikan nilai guna suatu barang atau jasa sehingga dapat menghasilkan barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan produksi adalah kegiatan mengubah suatu bahan baku atau sumber daya alam menjadi suatu barang yang dapat berguna bagi konsumen sehingga manaikkan nilai jual dan guna barang tersebut atau sumber daya manusia yang dapat menjadi suatu jasa yang dapat berguna bagi konsumen sehingga menghasilkan nilai jual dan guna jasa tersebut.
Dalam kegiatan produksi terjadi proses perubahan bentuk atau perubahan nilai guna barang atau jasa, setelah proses selesai kemudian akan muncul outputnya yaitu suatu barang atau jasa yang bisa dijual atau dipasarkan kepada distributor untuk didistribusikan kepada konsumen atau dari produsen langsung didistribusikan ke konsumennya.
Seperti dalam produksi air minum dalam kemasan atau air mineral yang diproduksi oleh sebuah perusahaan yang tidak asing lagi masyarakat Indonesia yaitu Aqua. Perusahaan tersebut mengambil air dari mata air murni di Babakan Pari,Gunung Salak. Kemudian mereka proses mata air tersebut dengan langkah-langkah yang telah menjadi prosedur perusahaan tersebut agar kualitas air menjadi lebih layak untuk dikonsumsi. Setelah proses selesai lalu keluarlah outputnya yaitu air mineral dalam kemasan yang siap didistribusikan ke konsumen dan distributor. Namun dalam perilaku konsumen, tidak hanya kegiatan produksi yang di jalani diatas tetapi banyak proses lain yang harus dijalani agar tercapai tujuan dari perusahaan tersebut, antara lain menghitung berapa maksimal barang yang dapat dihasilkan atau diproduksi dengan biaya seminimal mungkin sehingga terjadi keuntungan maksimal dalam perusahaan.
Guna suatu barang atau jasa yang timbul karena kegiatan produksi dapat dibedakan sebagai berikut:
Guna bentuk (form utility)
Guna tempat (place utility)
Guna waktu (time utility)
Guna kepemilikan (ownership utility)
Guna pelayanan (service utility)
Guna dasar (basic utility)
Permasalahan seorang produsen adalah bagaimana dengan modal yang terbatas bisa menciptakan barang dengan kualitas dan kuantitas yang cukup. Peran penting seorang produsen adalah sebagai berikut :
Produsen menjadi manager yang mengkoordinasikan faktor-faktor produksi baik tenaga kerja, sumber daya alam, modal, bahan baku dan keahlian yang ada di masyarakat.
Mempunyai inisiatif dan daya kreatif untuk inovasi-inovasi baru termasuk dalam IPTEK.
Mengambil keputusan kebijakan bisnis.
Mampu menganalisis kondisi ekonomi secara makro yang sedang berlangsung dalam negara tersebut.
Kemampuan untuk memilih WHAT (barang apa yang dibuat), HOW (bagaimana cara paling efisien untuk membuatnya), WHO (siapa yang terjun langsung dan tidak langsung dalam proses produksi), WHOM (untuk siapa barang tersebut dibuat).

FUNGSI PRODUKSI
Fungsi produksi adalah model sistematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah inputan produksi yang dipakai dengan jumlah output barang atau jasa yang dihasilkan dari proses produksi.
Sifat fungsi produksi terdapat dalam suatu hukum ekonomi yaitu: “ The Law of Diminishing Returns” (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa jika salah satu input ditambah dengan input lain yang dianggap tetap maka hasil output dari pertambahan input tadi mula-mula akan bertambah tetapi lama kelamaan akan menurun setelah sampai pada titik maksimalnya jika input terus ditambah.
Kondisi hukum diatas dapat kita lihat ketika suatu produsen tahu menambahkan jumlah kacang kedelai namun jumlah pekerja, mesin dan faktor inputan produksi lainnya dalam kondisi tetap. Jumlah tahu yang dihasilkan memang akan meningkat karena bahan baku kaceng kedelai bertambah, tetapi ketika kacang kedelai terus menerus ditambah maka proses produksi akan semakin tidak efektif karena lama kelamaan para pekerja tidak akan sanggup mengerjakan tugas membuat tahu yang semakin banyak, dan bahan-bahan pembuat tahu yang lain juga tidak bertambah sehingga kacang kedelai tidak semuanya dapat diproduksi menjadi tahu dan akhirnya hasil produksi akan menurun seiring berjalannya waktu produksi.

MACAM-MACAM FAKTOR PRODUKSI
Faktor produksi alam adalah sumber daya ekonomis yang disediakan alam sebagai anugerah tuhan.
Faktor produksi tenaga kerja adalah sumber daya tenaga yang dihasilkan individu baik bersifat jasmani maupun rohani yang ditujukan untuk produksi.
Faktor tenaga kerja terdiri dari :
Sifatnya
Rohani yaitu kegiatan pencurahan pikiran dalam proses produksi, kegiatan yang lebih banyak menggunakan kemampuan berfikir. Contoh : Editor, manajer,dll.
Jasmani yaitu kegiatan yang lebih mengutamakan fisik atau tenaga dalam proses produksi. Contoh : Supir, petani, dll.
Kualitasnya
Terdidik (skilled labour) yaitu tenaga kerja yang memerlukan pendidikan formal. Contoh : Dokter, Guru, dll.
Terlatih (trained labour) yaitu tenaga kerja yang memerlukan pengalaman atau latihan. Contoh: Supir, Masinis, dll.
Tidak terdidik dan terlatih yaitu tenaga kerja yang tidak memiliki kepandaian atau keterampilan tertentu tetapi lebih mengandalkan fisik. Contoh : Kuli angkut, buruh, dll.
Faktor produksi modal merupakan barang yang dihasilkan dan dapat dipergunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Modal dapat digilongkan menjadi :
Sifatnya
Tetap artinya benda atau barang modal yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali dalam proses produksi. Modal tetap dapat dibedakan atas :
Modal yang tidak habis dipakai, yaitu berupa tanah.
Modal yang berangsur-angsur habis, yaitu bangunan, mesin, dll.
Lancar artinya modal yang habis dalam satu kali proses produksi. Contoh : bahan baku, bahan penolong, dll.
Fungsinya
Masyarakat (social capital) yaitu modal yang mampu menghasilkan produk yang berguna untuk umum. Contoh : Bus, Kereta Api, dll.
Perorangan atau individu (personal capital) yaitu modal yang mampu menghasilkan bagi individu tertentu/sumber pendapat. Contoh : tabungan, rumah disewakan, dll.

Jika sudah memahami sedikit tentang faktor produksi maka selanjutnya perlu mengetahui apa saja kegiatan usaha produksi. Kegiatan usaha produksi ada 5 yaitu :
Ekstraktif merupaka usaha untuk mendapatkan langsung persediaan alam. Misalnya: pertambangan, menebang kayu dihutan,dll.
Agraris merupakan usaha mengolah persediaan alam. Misalnya: pertanian, peternakan, dll.
Industri merupakan usaha mengolah bahan mentah dan bahan-bahan pembantu menjadi barang jadi/siap pakai. Misalnya : membuat tahu,kue,baju,dll.
Perdagangan merupakan usaha memperdagangkan produk dari produsen ke konsumen. Misalnya : toko, pedagang kali lima, dll.
Jasa merupakan usaha yang melibatkan pelayanan jasa. Misalnya : jasa konsultasi, pendidikan, kesehatan, pengangkutan, dll.

MOTIVASI PRODUSEN DALAM BERPRODUKSI
Dalam ekonomi konvensional, motivasi utama bagi produsen adalah mencari keuntungan material (uang) secara maksimal sangat dominan, meskipun saat ini sudah berkembang bahwasanya produsen tidak hanya bertujuan mencari keuntungan maksimal semata. Produsen adalah seorang profit seeker sekaligus profit maximizer.
Strategi, konsep dan teknik berproduksi semuanya diarahkan untuk mencapai keuntungan maksimum, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Keuntungan maksimal telah menjadi sebuah insentif yang teramat kuat bagi produsen untuk melaksanakan produksi.
Akibatnya motivasi untuk mencari keuntungan maksimal seringkali menyebabkan produsen mangabaikan etika dan tanggung jawab sosialnya, meskipun mungkin tidak melakukan pelanggaran hukum formal, misalnya seorang pengusaha dibidang perhutanan yang menebang pohon-pohon tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap kelestarian hutan sebagai penampung air yang pada jangka panjang dapat menyebabkan bencana bagi manusia.
Dalam pandangan ekonomi islam, motivasi produsen semestinya sejalan dengan tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen itu sendiri. Jika tujuan produksi adalah menyediakan kebutuhan material dan spiritual untuk menciptakan maslahah, maka motivasi produsen tentu saja juga mencari maslahah, dimana hal ini juga sejalan dengan tujuan kehidupan seorang muslim. Produsan dalam pandangan ekonomi islam adalah mashlaha maximizer yaitu mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain tidak dilarang sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam.



Kesimpulan
Produsen adalah orang atau suatu badan perusahaan yang berperan dalam menaikan nilai guna suatu barang atau jasa sehingga dapat menghasilkan barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan produksi adalah kegiatan mengubah suatu bahan baku atau sumber daya alam menjadi suatu barang yang dapat berguna bagi konsumen sehingga manaikkan nilai jual dan guna barang tersebut atau sumber daya manusia yang dapat menjadi suatu jasa yang dapat berguna bagi konsumen sehingga menghasilkan nilai jual dan guna jasa tersebut.
Dalam perilaku konsumen, tidak hanya kegiatan produksi yang di jalani diatas tetapi banyak proses lain yang harus dijalani agar tercapai tujuan dari perusahaan tersebut, antara lain menghitung berapa maksimal barang yang dapat dihasilkan atau diproduksi dengan biaya seminimal mungkin sehingga terjadi keuntungan maksimal dalam perusahaan. Permasalahan seorang produsen adalah bagaimana dengan modal yang terbatas bisa menciptakan barang dengan kualitas dan kuantitas yang cukup
Dalam ekonomi konvensional, motivasi utama bagi produsen adalah mencari keuntungan material (uang) secara maksimal sangat dominan, meskipun saat ini sudah berkembang bahwasanya produsen tidak hanya bertujuan mencari keuntungan maksimal semata. Produsen adalah seorang profit seeker sekaligus profit maximizer.
Dalam pandangan ekonomi islam, motivasi produsen semestinya sejalan dengan tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen itu sendiri. Jika tujuan produksi adalah menyediakan kebutuhan material dan spiritual untuk menciptakan maslahah, maka motivasi produsen tentu saja juga mencari maslahah, dimana hal ini juga sejalan dengan tujuan kehidupan seorang muslim


DAFTAR PUSTAKA

http://Solihulhady.blogspot.com/2013/03/teori-tingkah-laku-konsumen-teori-nilai.html
http://aisyahsyarif.wordpress.com/2010/04/11/teori-kardinal-dan-ordinal/
http://aflah77.blogspot.com/2013/03/teori-tingkah-laku-konsumen-dan-teori.html
http://syariah99.blogspot.com/2013/05/teori-perilaku-produsen.html
http://oetaribudhiyarti.blogspot.com/2013/05/perilaku-produsen-7.html