Sebagai orang tua baru (anak masih berusia 4 tahun
bisa dikatakan ortu baru kan ya), saya dan suami (terutama saya sih, uhuk!)
rajin mencari ilmu yang berkaitan dengan pengasuhan anak. Ilmu pengasuhan anak sangatlah
penting selain ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan anak misalnya tentang
pengaturan gizi bagi mereka, pendidikan, dan lain sebagainya.
Karena kita hidup di era yang sedemikian modern, kita
ngga bisa hanya dengan berkaca pada orang tua kita dahulu dalam mendidik kita,
maka diperlukan adanya ilmu tambahan soal parenting atau pengasuhan anak ini.
Jaman orang tua kita tentu saja berbeda dengan jaman kita sekarang, banyak
hal-hal yang harus disesuaikan di sana-sini.
Oleh karena itu saya berusaha menyerap banyak
ilmu-ilmu parenting dari mulai milis, grup FB, fanpage, forum-forum ibu-ibu
yang bertebaran, artikel-artikel maupun buku-buku parenting, kadang dilengkapi
dengan mengikuti seminar yang mendatangkan pakar parenting.
Kadang terlalu banyak informasi yang masuk membuat
bingung juga sih, tapi daripada bingung ya akhirnya kita sesuaikan di sana-sini
karena ga semua metode parenting cocok dijalankan di anak saya, cocok di
keluarga lain belum tentu cocok di keluarga saya. Apalagi kalau menemukan metode
parenting yang basisnya dari barat, perlu penyesuaian juga dengan budaya kita.
Suatu saat saya ngobrol dengan teman blogger sesame
ibu-ibu muda (ehem..) tentang ilmu parenting ini itu, dan dari beliaulah saya
tahu tentang cara pengasuhan ala Ali, RA. Ali merupakan salah satu sahabat nabi
(Khulafaur rasyidin), sepupu, sekaligus menantu Rasulullah Sallallahu
‘Alaihi Wasallam (suami dari anak beliau, Fatimah Az-Zahra).
Setelah saya baca, saya hanya berucap
Subhanallah…ternyata kita sibuk baca sana-sini ternyata kita lupa bahwa dalam
Islam segalanya sudah ada, termasuk cara pengasuhan atau parenting ini. Ga usah
bingung-bingung karena semuanya sudah ada di Islam.
Saya mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang
parenting ala Ali, RA ini dan menemukan artikel yang ada di bawah ini. Artikel
ini saya copas dengan beberapa perubahan sedikit (saya ringkas dan simpulkan)
dari beberapa web yang mengupas tentang parenting ini. Susah menemukan sumber
asli dari website mana karena rata-rata artikel yang tertulis sama. Ada 1
blogger yang mengatakan bahwa artikel ini ia dapat dari broadcast message. Ini
baru brodkes yang bermanfaat hehe.
Quote yang terkenal dari Ali bin Abi Thalib, RA
adalah:
“Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, Karena mereka hidup bukan di jamanmu”
See? Dari quote ini saja ternyata dalam Islam juga diajarkan untuk mendidik sesuai zaman, tidak otoriter sesuai yang dianut oleh orang tua zaman dahulu, perlu penyesuaian di sana-sini.
“Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, Karena mereka hidup bukan di jamanmu”
See? Dari quote ini saja ternyata dalam Islam juga diajarkan untuk mendidik sesuai zaman, tidak otoriter sesuai yang dianut oleh orang tua zaman dahulu, perlu penyesuaian di sana-sini.
Kemudian, apa sih prinsip dari
Parenting ala Ali bin Abi Thalib RA ini?
Ada 3 pengelompokan dalam
memperlakukan anak, yang disesuaikan dengan usia:
Menurut Ali bin Abi Thalib Ra. ada tiga pengelompokkan
dalam cara memperlakukan anak:
1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun),
perlakukan anak sebagai raja.
2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun),
perlakukan anak sebagai tawanan.
3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun),
perlakukan anak sebagai sahabat.
ANAK SEBAGAI RAJA (Usia 0-7 tahun)
Melayani anak dibawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati
dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang
setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan
prilakunya, misalnya :
>> Bila kita langsung menjawab dan
menghampirinya saat ia memanggil kita- bahkan ketika kita sedang sibuk dengan
pekerjaan kita – maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita ketika
kita memanggilnya.
>>Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya
hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu ketika ia memijat atau membelai
pngung kita saat kita kelelahan atau sakit.
>> Saat kita berusaha keras menahan emosi di
saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan
mampu menahan emosinya ketika adik/ temannya melakukan kesalahan padanya.
Maka ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk
melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, insya Allah
ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan bertanggung
jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga
akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.
Maka intinya adalah pada tahap ini anak belajar dari
sikap kita kepadanya, jika kita lembut kepadanya maka ia akan tumbuh menjadi
orang yang lembut. Lembut disini bukan berarti kita memanjakan tapi kita tetap
tegas mengenai hal-hal yang baik dan tidak untuknya.
ANAK SEBAGAI TAWANAN (usia 8-14 tahun)
Kenapa sebagai tawanan? Karena kedudukan tawanan dalam
Islam sangatlah terhormat, ia mendapatkan haknya secara proporsional namun juga
dikenakan berbagai larangan serta kewajiban.
Inilah saat mengetahui hak dan kewajibannya, tentang
hukum agama baik yang diwajibkan maupun yang dilarang. Hal-hal tersebut
diantaranya: mengerjakan sholat 5 waktu, memakai pakaian yang bersih, rapi, dan
menutup aurat, menjaga pergaulan dengan lawan jenis, membiasakan membaca
AlQur’an, serta membantu pekerjaan rumah yang sesuai dengan kemampuan anak
seusia ini. Pada tahap ini anak juga mulai menerapkan kedisiplinan sehari-hari
dengan system reward dan punishment. Hal ini penting dilakukan di tahap ini
karena anak sudah mulai mengerti arti tanggung jawab dan konsekuensi tentang
suatu hal.
ANAK SEBAGAI SAHABAT (usia 15-21 tahun)
Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak
akil baligh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat
dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Ali bin
Abi Thalib Ra.
>> Berbicara dari hati ke hati Inilah saat yang
tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menelaskan bahwa ia sudah remaja
dan beranjak dewasa.
Perlu dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan
fisik, Ia juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial,
budaya dan lingkungan, sehingga sangat mungkin akan ada masalah yang harus
dihadapinya. Paling penting bagi kita para orang tua adalah kita harus dapat
membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah akil baliqh
ini, ia sudah memiliki buku amalannya sendiri yang kelak akanditayangkan da
diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.
>> Memberi ruang lebih Setelah memasuki usia
akil baliqh, anak perlu memiliki ruang agar tidakmerasa terkekang, namun tetap
dalam pengawasan kita.
Controlling atau pengawasan tetap harus dilakukan
tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi dengan berdoa untuk kebaikan
dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati,
dicintai, dihargai dan disayangi. Selanjutnya, Ia akan merasa percaya diri dan
mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan
menjauhi perilaku buruk.
>> Mempercayakan tanggung jawab yang lebih
berat. Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung
jawab yang lebih beratdan lebih besar, dengan begini kelak anak- anak kita
dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat
diandalkan.
Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah
seperti memintanya membimbing adik- adiknya, mengerjakan beberapa pekejaan yang
biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola
kuangannya sendiri
>> Membekali anak dengan keahlian hidup.
Rasulullah bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian
berkuda, berenang dan memanah” (Riwayat sahih Ima Bukhari dan Imam Muslm)
Secara harfiah, olah raga berkuda, berenang dan memanah adalah olah raga yang sangat
baik untuk kebugaran tubuh. Sebagian menafsirkan bahwa berkuda dapat pula
diartikan mampu mengendarai kendaraan (baik kendaraan darat, laut, udara).
Berenang dapat disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan
agar menjadi muslim yang kuat. Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai
melatih konsentrasi dan fokus pada tujuan.
Di era modern, sebagian pakar memperluas tafsiran
hadist diatas sebagai berikut :
>Berkuda = Skill of Life, memberi keterampilan atau
keahlian sebagai bekal hidup agar memiliki rasa percaa diri, jiwa kepemimpinan
dan pengendalian diri yang baik.
> Berenang = Survival of Life , mendidik anak agar
selalu bersmangat, tidak mudah menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.
> Memanah = Thinking of Life, mengajarkan anak
untuk membangun kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan menentukan
target hidupnya.
Dengan menjadikannya seperti sahabat, anak akan merasa
nyaman berbagi tentang hal apapun, ia tidak akan merasa takut akan dihakimi
tentang permasalahannya karena ia memiliki tempat terbaik untuk berdiskusi
dalam segala hal. Tentunya kita tidak ingin anak justru salah mendapatkan
pengertian tentang hal-hal tertentu bukan.
Indah sekali ternyata membaca Parenting ala Ali RA
ini, ternyata hal-hal seperti parenting ini juga telah dibahas dalam
Islam.