Tuesday, January 05, 2016

7:25:00 PM
BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar belakang masalah
Menurut ayat suci yang termaktub dalam Al_Qur’an dijelaskan bahwa anak lahir seperti kertas putih, anak tersebut akan menjadi anak Majusi atau Yahudi, tergantung oleh pendidikan yang diperoleh. Pendidikan untuk anak usia dini juga sangat penting dalam pembentukan karakter pada anak. Menurut Islam pendidikan anak dimulai sejak anak dalam kandungan. Contohnya seorang ibu disarankan banyak membaca ayat suci, Al_Qur’an,  dan dinasehatkan banyak berbuat kebajikan. Pada waktu ibu mengandung dianjurkan bayi yang masih dalam kandungan di dengarkan lagu-lagu yang Islami, hal itu akan mempengaruhi karakter anak jika kelak ia dewasa nanti itu merupakan bukti,  bayi dalam kandungan terdidik dengan baik.
Pada saat  lahir, oleh ayahnya dikumandangkan suara adzan suara ini adalah suara pertama  kali yang  dia dengar dan diharapkan kelak dia dewasa anak tergerak jika mendengar adzan dan melaksanakan sholat.
Pada usia dini merupakan masa-masa Golden Age, pada masa golden age berumur 0-6 tahun pada masa ini otak anak berkembang 80%. Pada masa ini pula anak-anak mudah dibentuk oleh karena itu Anak perlu dibimbing dengan cara yang baik dan sesuai dengan usianya, agar  nantinya dia menjadi anak yang unggul dalam agama maupun intelektualnya.  Oleh Karena itu peran pendidik dan orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Orang tua dan pendidik harus melihat potensi anak yang dimilikinya dan orang tua maupun pendidik harus membantu mengembangkan potensi yang dia miliki, dan jangan sampai orang tua memaksa kehendak pada anaknya.

1.2  Rumusan Masalah
Bagaimana menyiapkan suatu individu agar menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan Ikhlas dari lubuk hatinya sendiri? · Bagaimana cara mendidik anak yang benar yang sesuai dengan aturan dan syariat agama Islam?

1.3  Tujuan Penulisan
Untuk membentuk individu yang selalu beribadah dan menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala. · Untuk memberikan pendidik anak atau orang tua cara mendidik anak yang benar sesuai dengan syariat agama Islam.

BAB II
KAJIAN TEORI


2.1 Anak Usia Dini Menurut Para Ahli
Dalam sejarah perkembangan anak usia dini terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya mendasari pendidikan anak usia dini hingga saat ini, secara ringkas filosofi para filsuf tersebut adalah sebagai berikut:
1.  John Locke (1632-1704)
John locke terkenal dengan teori  “Tabula Rasa”. Teori ini berpendapat bahwa anak lahir dalam keadaan seperti kertas putih sehingga lingkunganlah yang berpengaruh terhadap pembentukan dirinya. Lingkunganlah yang mengisi kertas kosong tersebut yang dinamakan pengalaman. Pengalaman-pengalaman anak akana berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak.
2.  Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
Jean Jaques Rousseau adalah salah satu filsuf yang mendasari teori maturisional yang beranggapan bahwa yang berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah berasal dari anak sendiri atau berkembang secara alami. Pendidikan harus membiarkan anak tumbuh tanpa intervensi dengan cara tidak membandingkan anak antara satu dengan yang lainnya.
Dalam pemikirannya Rousseau beranggapan bahwa anak lahir dalam keadaan baik, lingkunganlah yang membuat anak menjadi jahat.
3.  Friedrich Froebel (1782-1852)
Menurut Froebel, sejak lahir dan menjalani masa kanak-kanak, seseorang harus menjalani hidup sesuai perkembangannya. Secara kodrati, seorang anak membawa sifat baik, sifat buruk anak muncul karena pendidikan yang salah.
Froebel juga mengajurkan agar indera anak dilatih dengan pengamatan, eksplorasi atau peragaan terhadap makhluk hidup, melalui hal tersebut anak akan belajar, berpikira kemudian melakukan atau yang biasa disebut learning by doing. Tahun 1831 Froebel mendirikan Kindergarten. Konsep kindergarten Froebel sanagt terkenal dan menjadi rujukan diberbagai Negara, bahkan di Indonesia konsep Froebel terkenal pada masa sebelum kemerdekaan.
4.  Maria Montessori (1870-1952)
Maria Montessori adalah seorang dokter bidang penyakit anak yang meyakini bahwa pendidikan dimulai sejak lahir. Bayi yang masih  kecil perlu dikenalkan dengan orang-orang dan suara-suara, diajak bermain dan bercakap-cakap agar anak-anak dapat berkembang menjadi anak yang normal dan bahagia.
Dasar pendidikan Montessori yaitu penghargaan terhadap anak,absorbent mind (pemikiran yang cepat menyerap), sensitive periods (masa peka), penataan lingkungan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak, pendidikan diri sendiri (pedosentris), masa peka, dan kebebasan”.
5.  Ki Hadjar Dewantara (1922-)
Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia, dan karaena kegigihannya ia dinobatkan sebagai bapak pendidikan Indonesia. Dewantara mendirikan Taman Indria untuk anak usia dini. Pandangan Dewantara tentang pendidikan adalah ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani.  
Pendidikan di Taman Indria menggunakan gabungan dari pendekatan Montessori dan Froebel, meskipun tidak sepenuhnya karena Dewantara memasukkan pendidikan berdasarkan kepada budaya luhur bangsa Indonesia terutama dalam pendidikan watak, kesusilaan dan agama. Berikut prinsip-prinsip dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara menurut Masnipal:
  1. Taman siswa menggunakan dasar pendidikan Froebel dan Montessori
  2. Ki Hajar Dewantara sangat setuju terhadap konsep Montessori yakni anak belajar dengan bebas
  3. Permainan bagi anak-anak adalah sangat penting, karena itu sesuai dengan dunia kanak-kanak yakni baki dipandang dari secara psikologis, biologis maupun pedagogis.
  4. Permainan anak dan latihan panca indera merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
  5. Belajar dengan menggunakan pikiran belum tepat diberikan kepada anak usia dini, tetapi yang tepat adalah pendidikan melaluipanca indera
  6. Menggunakan permainan tradisional kepada anak sesuai dengan budaya bangsa, termasuk nyanyian, cerita dan sandiwara yang berkembang di daerah itu.
  7. Malarang pembelajaran yang bersifat intelektualisme seperti: membaca dan berhitung
  8. System pendidikan “among” melarang perintah atau paksaan, tetapi menganjurkan kemerdekaan, toleransi, kerelaan dan demokrasi.
  9. Anak perlu didekatkan dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia, seperti wayang, batik, dan kesenian daerah.
6.  Howard Gardner (1943-)
Gardner adalah tokoh yang terkenal dengan pemikirannya tentang kecerdasan jamak, dalam pemikiran Gardner setiap anak adalah cerdas, tugas guru adalah mengarahkannya agar anak menjadi cerdas. Dimensi kecerdasan menurut Gardner antara lain: kecerdasan bahasa, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan music, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan visual-spasial, intrapersonal, interpersonal, naturalis dan spiritual.
  
BAB III
PEMBAHASAN

Merujuk  kepada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan terdiri atas Pendidikan Anak Usia Dini,pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi,yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistematik. Artinya, pendidikan harus dimulai dari usia dini, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dengan demikian, PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Dalam penjelasan selanjutnya, PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pedididkan formal, non formal, dan atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK),  RaudhatulAthfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pedidikan non  formal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau  pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

3.1  Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam  melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendiikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pedidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut :
    1.      Membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal didalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
    2.      Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar( akademik ) di sekolah.

3.2       Prinsip-prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini  ( PAUD ) terdapat prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Mengutamakan kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional.
2.      Belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar. Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui permainan,anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda disekitarnya.
3.      Lingkungan yang kondusif dan menentang. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan, sekaligus menentang dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
4.      Menggunakan pembelajaran terpadu dalam bermain. Pembelajaran anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang harus dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak, serta bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep serta mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah   dan  bermakna bagi anak didik.
5.      Mengembangkan berbagai kecakapan atau keterampilan hidup (lifeskills). Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, dan bertanggungjawab, serta memiliki disiplin diri.
6.      Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik, guru, dan orang tua.
7.      Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang. Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan berulang kali.

3.3      Golden Age Anak
Menurut Dr. Damanhuri Rosadi, pengembangan manusia yang utuh dimulai sejak anak dalam kandungan dan memasuki masa keemasan atau Golden Age pada usia 0-6tahun. Masa keemasan ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, emosi, dan sosial anak dimasa datang dengan memperhatikan dan menghargai keunikan setiap anak.
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut undang-undang sisdiknas, pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut UNESCO, pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Pada hakikatnya, belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini.
Teori lama yang merekomendasikan bahwa pendidikan baru dapat dimulai ketika anak telah berusia tujuh tahun kini terbantahkan. Hasil penelitian mutakhir, dari para ahli neurologi, psikologi, dan pedagogi menganjurkan pentingnya pendidikan dilakukan sejak anak dilahirkan, bahkan sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Justru pada masa –masa awal inilah yang merupakan masa emas ( Golden Age) perkembangan.
Hasil penelitian menunjukun  bahwa 50% kapabilitas kecerdasan manusia terjadi pada tingkat kanak –kanak pada kurun waktu 4 tahun pertama  sejak kelahirannya. Oleh karena itu, penanganan anak dengan stimulasi  pendidikan pada masa-masa  usia tersebut harus optimal. Kemudian, 80% kecerdasan itu terjadi saat anak usia 8 tahun, dan titik kulminasinya terjadi pada saat mereka berusia 18 tahun. Setelah melewati masa perkembangan tersebut, maka berapapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu, tidak akan meningkat lagi. Hal ini sama dengan pendapat Benjamin S.Bloom, professor pendidikan dari Universitas Chicago yang menemukan fakta yang cukup mengejutkan :
·         Ternyata 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk ketika kita berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun .
·         Lalu 30% potensi berikutnya terbentuk pada usia 4-8 tahun.
Ini berarti 80% potensi dasar manusia terbentuk dirumah,justru sebelum masuk sekolah.akan seperti apa kemampuannya, nilai- nilai hidupnya, kebiasaanya, kepribadiannya , akhlaknya, dan sikapnya, 80 % tergantung pada orang tua.Sadar atau tidak.Baik “dibentuk” secara sengaja atau pun tidak sengaja.
Semua aspek perkembangan kecerdasan anak,baik motorik kasar,motorik halus,kemampuan non fisik ,maupun kemampuan spiritualnya dapat berkembang secara pesat apabila memperoleh stimulasi lingkungan secara cukup. Perkembangan yang terjadi pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.

3.4      Pandangan Islam Tentang Anak Usia Dini
Sungguh Alloh Subhanahu Wata’ala telah memberikan berbagai macam amanah dan tanggung jawab kepada manusia. Diantara amanah dan tanggung jawab terbesar yang Alloh Ta’ala bebankan kepada manusia, dalam hal ini orang tua (termasuk guru, pengajar ataupun pengasuh) adalah memberikan pendidikan yang benar terhadap anak. Yang demikian ini merupakan penerapan dari firman  Alloh Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
 “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka”
(QS. At-Tahrim:6).
Sahabat yang mulia Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu  ‘anhu menafsirkan ayat diatas dengan mengatakan: “Didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan” (Tafsir Ath-Thobari, Al-Maktabah As-Syamilah)
Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan kepada anak usia dini, juntifikasi itu memberikan arti bahwa penyelenggaraan pendidikan pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan perintah yang didalamnya memiliki makna ibadah yang Agung. Inilah kesempurnaan sebuah ajaran, dimana Islam mengajarkan tentang pentingnya proses pembentukan generasi muslim dari sejak sedini mungkin untuk membangun pribadi-pribadi muslim yang kaffah (sempurna).
Beberapa landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya mendidik anak sejak usia dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini:
قالَ رَسُولُ الله ِصَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّيُوْلَدُعَلَى الْفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْيُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى(
Artinya : “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri), sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhori)
أَكْرِمُواأَوْلاَدَكُمْ،وَأَحْسِنُواأَدَبَهُمْ
Artinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik.”
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا ( رواه البخارى(
Artinya : “ Paling baiknya kamu sekalian adalah dari budi pekertinya. “ (H.R. Bukhori)
‘Amru bin ‘Atabah pernah memberikan pegangan kepada para pengasuh anaknya dengan berkata :
لِيَكُنْ أَوَّلُ إِصْلاَحِكَ لِوَلِدَى إِصْلاَحَكَ لِنَفْسِكَ فَإِنَّ عُيُوْنَهُمْ مَعْقُوْدَةٌبِعَيْنِكَ,فَاالْحَسَنُ عِنْدَهُمْ مَاصَنَعْتَ وَالْقَبِيْحُ عِنْدَهُمْ مَاتَرَكْتَ
Artinya : “ Hendaklah tuntunan perbaikan yang pertama bagi anak-anakku, dimulai dari perbaikan anda terhadap diri anda sendiri. Karena mata dan perhatian mereka selalu terikat kepada anda.Mereka menganggap baik segala yang anda kerjakan, dan mereka menganggap jelek segala yang anda jauhi.”
Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi orang tua untuk memperhatikan masalah pendidikan anaknya dengan sebaiknya-baiknya.

Dari mana harus memulai?
Segala sesuatu adalah berproses, demikian juga dalam hal mendidik anak. Berikut beberapa tahapan dalam membina dan mendidik anak

1.      Memilih istri (ibu bagi anak) yang sholihah
Hal ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seseorang (calon bapak) agar anak-anaknya kelak menjadi anak-anak yang sholih.Karena seorang ibu adalah sekolah pertama tempat anak-anak menimba ilmu dan belajar. Seorang ibu yang sholihah tentu saja akan mengajarkan kebaikan dan amal sholih kepada anak-anaknya.
Oleh karena itu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Wanita dinikahi karena 4 hal: (yaitu) kekayaanya, kedudukanya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, niscaya engkau akan beruntung”(HR. Bukhori Muslim).
Demikian juga sebaliknya. Bagi seorang calon ibu, ia harus memilih pendamping sholih yang kelak akan menjadi ayah dari anak-anaknya. Ayah adalah pemimpin dalam keluarga yang akan mengarahkan kemana bahtera rumah tangga akan berlayar. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya : “Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhoi akhlak dan agamanya maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang luas” (HR At-Tirmidzi)

2.      Membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah
Diantara yang perlu ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk mengerjakan sholat wajib. Yang demikian ini disebutkan dalam firman Alloh :
وَأْمُرْأَهْلَكَ بِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَا
 “perintahkan keluargamu untuk mengerjakan sholat dan bersabar atasnya” (QS. Thoha:132).
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “ajarkan sholat pada anak anak disaat berumur 7 tahun” (HR. At-Tirmidzi).
Selain itu pula hendaknya orang tua memotivasi anak-anak untuk mengerjakan ibadah yang lain agar ketika mereka mencapai usia balig, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.

3.      Memberikan teladan yang baik
Teladan yang baik merupakan hal terpenting dalam keberhasilan mendidik anak.Telah diketahui bersama bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang tuanya.Bila orang tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak tersebut menjadi pribadi yang baik.Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang tua memperhatikan dan tidak menyepelekan masalah ini, serta jangan pula apa yang dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan. Alloh berfirman yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh ta’ala bila kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash –Shof : 2-

4.      Menjauhkan mereka dari teman teman yang buruk
Hendaknya orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar  memilih teman-teman yang baik agama dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua memberikan pengertian dan senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul dengan orang-orang tak sholih.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam  bersabda yang artinya: “Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk” (HR Bukhari  dan Muslim)

5.      Membentengi diri mereka dari hal hal yang merusak akhlak mereka
Penyebab banyaknya penyimpangan yang dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun akhlak adalah apa yang mereka saksikan baik di media cetak maupun elektronik berupa gambar-gambar atau tayangan-tayangan yang merusak agama mereka. Solusinya adalah terus memantau aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan bimbingan akan dampak negatif dari kemajuan teknologi. Yang demikian ini bukan berarti melarang mereka untuk menggunakan sarana informasi dan komunikasi, hanya merupakan pengarahan agar teknologi bisa termanfaatkan dengan baik.

6.      Mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran islam
Sudah sepantasnya bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri anak-anaknya, seperti pentingnya iman dan islam, kecintaan pada Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam  (yang nantinya membuahkan ketaatan terhadap perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan), juga mengajarkan mereka adab-adab islam sehari-hari,( seperti adab berpakaian, makan dan minum dsb), dzikir-dzikir dan doa-doa, cara bertutur kata, bergaul dengan baik terhadap orang yang lebih tua dan sesama, cinta akan kebersihan dan perilaku baik lainya.

7.      Bersikap adil
Yaitu bersikap kepada anak-anak, tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang lainya dalam segala hal, baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran, nafkah, hadiah dan lain sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara mereka.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَاتَّقُوااللَّهَ وَاعْدِلُوابَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
“Bertaqwalah kalian kepada Alloh, dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian” (HR. Muslim)

8.      Mendoakan kebaikan bagi mereka
Hendaknya orang tua menyadari bahwa hidayah berada di tangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Alloh memberikan hidayah  kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan rahmat dan karunia-Nya, sedang orang tua hanya bisa mengajarkan, mengarahkan, dan membimbing anak-anaknya. Oleh karena itu hendaknya memperbanyak berdoa untuk kebaikan mereka.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَاهَبْ لَنَامِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَاقُرَّةَأَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَالِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“ mereka  berdoa: “ wahai Robb kami, berikanlah kami penyejuk hati dari istri-istri dan anak-anak kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Furqon: 74).
Namun sebaliknnya, jauhilah dari mendoakan kejelekan bagi mereka (seperti: mengutuk, membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya)
Anak adalah amanah dari Alloh, dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya.Semoga kita mampu menjaga dan menunaikan amanat yang diberikan kepada kita.Wallohu Ta’ala A’lam.



BAB IV
PENUTUP

4.1      KESIMPULAN
Dari materi yang kami bahas tentang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pandangan Islam tentang Anak dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting, karena orang tua adalah pengenalan pertama tentang pendidikan. Pada masa usia dini anak harus memenuhi aspek-aspek perkembangan seperti moral, bahasa, kognitif, emosi, social, dan agama.
Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda, karena cara pola asuh mereka tidak sama. Ali bin Abi Tholib as, mengatakan “didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan”. Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya pendidikan anak usia dini. Dalam hadist diterangkan bahwa “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah, sehingga lancar lidahnya, maka orang tuanya yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

4.2       SARAN
Sebaiknya dalam membina dan mendidik anak harus memperhatikan tahapan-tahapan seperti memilih istri yang sholehah, membiasakn anak untuk mengerjakan sholat, memberikan teladan yang baik, menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk, membentengi diri mereka dari hal-hal yang merusak akhlak mereka, mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam, bersikap adil, mendo’akan kebaikan bagi mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Maimunah. 2011. Pendidikian Anak Usia Dini. Yogyakarta: DIVA press
Mansyur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka   Pelajar.

http://www.radioassunnah.com/2012/pendidikan-anak-dalam-pandangan-islam.html

Popular Posts