Pages

Wednesday, October 26, 2016

Ragam Bahasa Ilmiah

BAB I
 PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Bahasa Indonesia, sebagaimana bahasa pada umumnya, digunakan untuk tujuan tertentu dan dalam konteks tertentu. Tujuan dan konteks ini akan menentukan ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang menggunakan bahasa Indonesia untuk orasi politik misalnya, akan menggunakan ragam yang berbeda dari orang lain yang menggunakan untuk menyampaikan khotbah Jumat atau bahan kuliah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah. 

1.2     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian bahasa ragam ilmiah ?
2.      Bagaimanakah karakteristik bahasa ragam ilmiah ?
3.      Bagaimanakah ciri ragam bahasa ilmiah ?
4.      Bagaimanakah ragam bahasa pidato ilmiah ?
5.      Bagaimanakah penulisan karya ilmiah dengan ragam akademik ?

1.3     Tujuan
1.      Memahami pengertian bahasa ragam ilmiah.
2.      Memahami karakteristik bahasa ragam ilmiah.
3.      Memahami ciri ragam bahasa ilmiah.
4.      Memahami ragam bahasa pidato ilmiah.
5.      Memahami penulisan karya ilmiah dengan ragam akademik.

1.4    Manfaat
1.        Diharapkan dalam pembuatan makalah ini dapat memperkaya bahan-bahan mengenai penyusunan karya ilmiah yang benar, baik bagi penulis maupun pembaca.
2.        Makalah ini diharapkan akan dapat menambah wawasan , pandangan dan cakrawala mengenai penyusunan karya ilmiah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Bahasa Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Dimana bahasa ragam ilmiah ini diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode (pendekatan rasional pendekatan empiris) dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya. Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik secara tertulis maupun secara lisan.

B.            Macam-Macam Ragam Bahasa
1.             Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
          Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:
a.         Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.
Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.  Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.

Ragam lisan antara lain meliputi:
  • Ragam bahasa cakapan;
  • Ragam bahasa pidato;
  • Ragam bahasa kuliah;
  • Ragam bahasa panggung.

Ciri-ciri ragam lisan:
  • Memerlukan orang kedua/teman bicara;
  • Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
  • Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi dan bahasa tubuh;
  • Berlangsung cepat;
  • Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
  • Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
  • Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

b.             Ragam Tulis
Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual.
Dalam penggunaan ragam bahasa tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian . Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam tulis yang antara lain meliputi:
  • Ragam bahasa teknis;
  • Ragam bahasa undang-undang;
  • Ragam bahasa catatan;
  • Ragam bahasa surat.

Ciri-ciri ragam tulis :
o    Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
o    Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
o    Harus memperhatikan unsur gramatikal;
o    Berlangsung lambat;
o    Selalu memakai alat bantu;
o    Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
o    Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.

2.             Karakteristik bahasa tulisan menurut Goeller:
·         Accuracy (akurat) yaitu kelogisan segala informasi atau gagasan yang dituliskan.
·         Bravety (ringkas) yaitu pengungkapan gagasan yang ringkas, tidak menggunakan kata-kata mubazir.
·         Clarity (jelas) yaitu tulisan mudah dipahami, penalaran jelas, tidak menimbulkan tafsir ganda.

3.             Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek, ragam terpelajar (pendidikan), sikap penutur.
a.              Ragam Daerah, dikenal dengan nama logat atau dialek.
Dialek dibedakan menjadi 4 , yaitu sebagai berikut:
1.         Dialek regional,
yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.
2.         Dialek sosial,
Yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
3.         Dialek temporal
yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu.
4.         Idiolek
yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.

b.             Ragam Pendidikan
Ragam pendidikan terdiri atas ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku.
·                Ragam baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.

Ciri Ragam Bahasa Baku :
1. Kemantapan dinamis;
2. Kecendekiaan;
3. Keseragaman kaidah.

Ciri Struktur bahasa Indonesia Baku :
4.         Lengkap secara morfologis;
2. Lengkap secara struktur;
3. Penggunaan jenis kata/diksi yang tepat;
4. Penggunaan kalimat yang efektif;
5. Keparalelan/kesejajaran .

·                Ragam tidak baku
Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang digunakan pada kehidupan sehari-hari. Ragam bahasa tidak baku biasanya tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar karena ragam tidak baku tidak digunakan dalam situasi yang formal.

c.              Sikap penutur, dikenal dengan langgam atau gaya.

4.             Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari :
a.         Ragam bahasa ilmiah;
b.        Ragam hukum;
c.         Ragam bisnis;
d.        Ragam agama;
e.         Ragam sosial;
f.         Ragam kedokteran;
g.        Ragam sastra.

5.             Ragam Bahasa Berdasarkan Wacana :
·         Ragam Ilmiah: bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah, ceramah, tulisan-tulisan ilmiah
·         Ragam Populer: bahasa yang digunakan dalam tulisan sehari-hari dan dalam pergaulan sehari-hari.

6.             Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara, dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
·           Ragam bahasa resmi;
·           Ragam bahasa akrab;
·           Ragam bahasa agak resmi;
·           Ragam bahasa santai.
  
C.           Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah
a)       Cendekia
Bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
·           Contoh A : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) akan mempengaruhi serapan hara fosfor oleh tanaman inang melalui akar terutama tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan fosfor yang dimungkinkan oleh adanya hifa eksternal.
·           Contoh B : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada akar tanaman inang akan meningkatkan serapan hara fosfor melalui hifa eksternalnya. Kalimat pada contoh B secara jelas mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat tetapi tidak terungkap jelas pada contoh A.
·           Contoh A: Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Contoh B : Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung.
·           Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh A termasuk mubazir.
·           Contoh A : Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok.
·           Contoh B : Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok.
Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang tidak cermat tampak pada contoh A.

b)      Lugas dan Jelas
Bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga akan menghindari kesalah-pahaman dan kesalahamenafsirkan isi kalimat.
o  Contoh A: Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang tidak dapat dikatakan ringansehingga kemampuan berfikirnya menjadi berada di awing-awang.
o  Contoh B : Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang berat sehingga kemampuan berfikirnya menjadi menurun.
o  Contoh A : Untuk mengetahui apakah baik dan buruknya pribadi seseorang dari tingkah dan lakunya dalam sehari-hari.
o  Contoh B : Baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.
o  Contoh A tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang disampaikan.

c)      Menghindari Kalimat Fragmentasi
Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.
·      Contoh A : Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Fragmentaris)
·      Contoh B : Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Lengkap)

d)     Bertolak dari Gagasan           
Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
·      Contoh A : Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
·      Contoh B : Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
·      Contoh kalimat A beroriantasi pada penulis. Contoh B berorientasi pada gagasan.
e)      Formal dan Objektif
Sifat formal dan objektif ditandai dengan kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Kosakata yang digunakan bernada fornal da kalimat-kalimatnya mengandung unsur yang lengkap.
·        Contoh :   Kata Formal                            Kata Informal
      • Membuat                            Bikin
      • Hanya                                 Cuma
      • Memberi                             Kasi
  • Contoh A : Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali adanya masalah.
·        Contoh B : Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian diawali adanya masalah.
Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari. Penulisan  kalimat A berikut  perlu dihindari karena  barsifat subjektif/emosional.

f)       Ringkas dan Padat
Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat.
·      Contoh A : Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap  warga negara Indonesia.
·      Contoh B : Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia.
·      Contoh A berikut  termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padatHadirnya kata yang bercetak miring pada kalimat B tidak memberi tambahan makna yang berarti. Dengan  demikian,  hadirnya kata-kata tersebut mubazir.
  
g)      Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan  kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten.
  • Contoh : kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagimengantarkan objek.

D.           Ciri Ragam Bahasa Ilmiah
1.        Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas.
2.        Struktur wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah.
3.        Singkat, berisi analisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap.
4.        Cermat dalam menggunakan unsur baku (istilah/kata), ejaan, bentuk kata, kalimat, paragraf, wacana.
5.        Cermat dan konsisten menggunakan penalaran dari penentuan topik, pendahuluan, deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis sampai dengan kesimpulan dan saran.
6.        Menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu.
7.        Objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindarkan bentuk persona dan ungkapan subjektif.
8.        Konsisten dalam pembahasan topik, pengendalian variabel, tujuan, penalaran, istilah, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis, sampaidengan kesimpulan dan saran.

E.    Ragam Bahasa Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah)
Ragam pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah ilmiah, presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi dan pidato pengukuhan guru besar. Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan tanya jawab. Adapun penulisan skripsi, tesis dan disertasi dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan ujian, dan diakhiri dengan penentuan kelulusan.
Untuk mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a.       Etika ilmiah, makdsunya bahwa seseorang presenter ilmiah
·           harus menggunakan ragam bahasa ilmiah,
·           penalaran ilmiah,
·           bersikap obejktif,
·           menggunakan kalimat yang terukur kebenarannya,
·           mematuhi aturan formal presentasi,
·           mempresentasikan seluruh materi (secara singkat) sesuai dengan waktu yang ditentukan,
·           mengutip konsep, data, dan pendapat dengan menyebutkan sumbernya,
·           mengutip data yang relevan dengan pembuktian,
·           tidak mempresentasikan masteri di luar bahasa karya ilmiah,
·           dapat menjawab pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi, konsep, data, kata, istilah, penalaran, pembuktian, konsekuensi logis dari karya ilmiahnya,
·           mencermati setiap respon pendengar (penguji).

b.      Ketentuan lembaga (universitas), yaitu
·      mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan lembaga atau universitas,
·      mengikuti produser (aturan) yang berlaku pada lembaga atau universitas,
·      mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga atau universitas.

c.       Kemampuan personal, yakni,
·      bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada pendengar (penguji),
·      bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukkan kemampuan diri berlebiha,
·      menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa, saya pikir, dan lain-lain. Sebaiknya seseorang presenter menggunakan kata pengalaman membuktikan ..., uji coba menunjukkan, dan lain-lain,
·      berpakaian sopan,
·      menunjukkan sikap positif, serius, cermat, dan percaya diri.
d.      Kemampuan teknis, yakni
·      menganalisis data primer dan sekundewr, baik kualitatif maupaun kuantitatif,
·      mengaplikasikan penggunaan pustaka,
·      melengkapi pembuktian (sumber) teori,
·      menggunakan saran visual seperti, LCD, OHP, peraga, dan data (dokumen),
·      memvisualkan data pendukung gambar, grafik, atau data lain yang relevan.

Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga dituntut untuk berusaha sekiuat tenaga agar bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di atas. Sementara itu, beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya adanya kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan intonasi, jeda, dan unsur intonasi lainnya.

Contoh pidato presentasi skipsi:
Bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara yang saya hormati,
Perkenanakan saya memaparkan skripsi saya secara ringkas!
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penjualan Saham terhadap Laba Usaha pada PT BNI Cabang Makassar tahun 2007”. Skripsi ini memasahkan bagaimana pengaruh penjualana saham terhadap laba usaha pada perusahaan tersebut sejak 1 Juli hingga 31 Desember 2007. Penjualan saham merupakan variabel bebas dan laba usaha merupakan variabel terikat.
Kajian teoritik bersumber pada data sekunder yang diperoleh melalui buku, jurnal, ensiklopedia, website, dan beberapa laporan penelitian dalam bahasan yang sejalan dengan topik ini. Kajian ini menggunakan sumber data yang diterbitkan pada tahuan 2006-2007. Kajian ini dideskripsikan dalam Bab II Deskripsi Teori.
Berdasarkan kajian teoritik tersebut dilakukan pengumpulan data  di lapangan, yaitu kantor PT BNI Cabang Makassar dan di kantor-kantor cabang pembantu lainnya untuk mendapatkan data prmier. Data ini dikumpulkan sejak tanggal  1 juli sampai dengan 31 Desember 2007. Data ini diperoleh melalui observasi, angket, wawancara, dan melalui website.  Data ini dideskripsikan dalam Bab V Deskripsi Data, Analisis, dan Hasil Analisis Data. Selanjutnya, data ini dianalisis secara deskriptif.
Hasil analisis menunjukkan bahawa penjualan  saham terhadap laba usaha memenngaruhi secara signifikan. Sebagai kesimpulan bahwa penjualan saham berpengaruh secara positif terhadap laba usaha.

F.     Ragam Ilmiah dalam Menulis Akademik
Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.
Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan ilmiah, penulis harus berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan sifat yang cendekia, lugas dan jelas, mengindari kalimat yang fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan kata, pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam menggunakan ejaan, dan aspek-aspek lainnya.
Contoh : Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, inpterpretasi-interpretasi lainnya terhadap tindakan lawan bicara. Setiap peserta penutur bertanggung jawab atas tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan yang dilakukan dalam interaksi lingual itu.

G.     Asas-asas penyusunan gagasan di dalam karya ilmiah
a.         Kejelasan (Clarity)
Karangan ilmiah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak saja berarti mudah dipahami, mudah dibaca, tetapi juga harus tidak memberi ruang untuk disalahtafsirkan, tidak boleh bersifat samar-samar, tidak boleh kabur, tidak boleh ada di wilayah abu-abu. (Bahasa Jawa: keduh gambling wijang-wijang).
Kejelasan di dalam karangan ilmiah itu ditopang oleh hal-hal berikut:
1.        pemakaian bentuk, kebahasaan yang lebih dikenal daripada bentuk kebahasaan yang masih harus dicari-cari dulu maknannya, bahkan oleh penulisnya.
2.        pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas, tajam, lugas, daripada kata-kata yang berbelit, yang panjang, yang rancu, dan boros.
3.        pemakaian kata-kata dalam bahasa sendiri daripada kata-kata dalam bahasa asing.Kata-kata asing dapat digunakan hanya kalau memang istilah itu sangat teknis sifatnya sehingga tidak (belum) ada istilah garing kata-kata yang pas dalam bahasa Indonesia. Jadi, jangan sampai verbalistis.

b.         Ketepatan (Accuracy)
Karangan ilmiah menjunjung tinggi keakuratan. Hasil penelitian ilmiah dan cara penyajian hasil penelitian itu haruslah tepat/akurat. Supaya karangan ilmiah sungguh-sungguh akurat, penulis/peneliti harus sangat cermat, sangat teliti, tidak boleh sembrono, atau main-main dengan ilmu.
Dalam cara penyampaiannya, di dalam karangan ilmiah itu harus terwadahi butir-butir gagasan dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh peneliti/penulisnya. Kualifikasi demikian itulah yang dimaksud dengan istilah efektif-sangkil.

c.           Keringkasan (Brevity)
Karangan ilmiah haruslah ringkas. Ringkas tidak sama dengan pendek. Karangan yang tebalnya 500 halaman dapat dikatakan ringkas sejauh di dalamnya tidak terdapat bentuk-bentuk kebahasaan yang bertele-tele, kalimat-kalimat yang bertumpukan (running-on sentences), dan sarat dengan kemubaziran dan kerancuan. Jadi, karangan ilmiah itu tidak boleh menghamburkan kata-kata, tidak boleh mengulang-ulang ide yang telah diungkapkan, dan tidak berpura-pura dalam mengungkapkan maksud atau gagasan. Karangan ilmiah harus dibangun dari ide yang kaya dengan bahasa yang hemat dan sederhana. Jadi bukan sebaliknya, ide yang miskin namun dengan bahasa yang berbunga-bunga.
Karangan ilmiah harus ditulis dengan hati dan diteliti kembali, dibenahi kembali, diedit kembali dengan pikiran. Jadi, peganglah prinsip ‘writing with heart, editing with brain’ di dalam praktik penulis karya ilmiah.

H. Teknik Mengatur Perwajahan Karangan
Yang dimaksud dengan perwajahan adalah tata letak (lay out) unsur-unsur skripsi serta aturan penulisan unsur-unsur tersebut, yang berkaitan dengan segi keindahan dan estetika naskah. Tata letak dan penulisan unsur-unsur skripsi, tesis, atau disertasi harus diusahakan sabaik-baiknya agar skripsi, tesis, atau disertasi tersebut tampak rapi dan menarik. Dalam pembicaraan tentang perwajahan, dikemukakan secara ringkas mengenai masalah kertas pola ukuran dan penomoran.
1.      Kertas Pola Ukuran
Supaya tiap halaman ketikan rapi, sebaiknya digunakan kertas pola ukuran. Kertas pola ukuran tersebut dipasang setiap kali mengganti halaman dan kertas pola ukuran itu harus ditaati agar hasil ketikan tampak rapi. Jika menggunakan komputer, program-program tertentu harus dikuasai terlebih dahulu agar format yang dikehendaki terwujud.
Pada umumnya garis pembatas pada kertas pola ukuran tersebut diatur dengan ukuran sebagai berikut:
a)        Pias (margin) atas 4 cm,
b)        Pias bawah 3 cm,
c)        Pias kiri 4 cm, dan
d)       Pias kanan 3 cm.
2.      Penomoran
a)      Angka yang digunakan
Angka untuk nomor yang lazim digunakan dalam skripsi, tesis, disertasi, atau karangan ilmiah umumnya adalah angka Romawi kecil, angka Romawi besar, dan angka Arab. Angka Romawi kecil (i, ii, iii, iv, v) dipakai untuk menomori halaman judul, halaman yang bertajuk prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan daftar lain (jika ada). Angka Romawi besar (I, II, III, IV, V) digunakan untuk menomori tajuk bab pendahuluan, tajuk bab analisis, tajuk bab simpulan, misalnya BAB I PENDAHULUAN. Angka Arab (1, 2, 3, 4, dan seterusnya) digunakan untuk menomori halaman-halaman naskah mulai bab pendahuluan sampai dengan halaman terakhir dan untuk menomori nama-nama tabel, grafik, histogram, bagan, dan skema.

b)      Letak Penomoran
Halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar lampiran, menggunakan angka Romawi kecil yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah-tengah (simetris). Halaman yang bertajuk bab pendahuluan, bab analisis, bab simpulan, daftar pustaka/rujukan, indeks, dan lampiran, menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah-tengah (simetris). Halaman-halaman naskah lanjutan menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian kanan atas.
c)      Penomoran Subbab
Subbab dan subsubbab dinomori dengan angka Arab sistem digital. Angka terakhir dalam digital ini tidak diberi titik (seperti 1.1, 1.2, 2.1, 1.1.2, 2.2.3, 3.2.1, dan seterusnya). Dalam hubungan ini, angka digital tidak lebih dari tiga angka (maksimal, misalnya 1.1.1, 1.4.3, 1.1.2, 3.2.2, 3.3.3, 4.4.1), sedangkan penomoran selanjutnya menggunakan a, b, c, kemudian 1), 2), 3), selanjutnya a), b), c), dan seterusnya.[5]
Artikel berbentuk feature dapat lebih dinikmati, kalau artikel tersebut diberi ilustrasi. Lebih-lebih bila isinya mengenai sesuatu keilmuan atau petunjuk teknis. Informasi akan menjenuhkan bila diungkapkan dengan kata, karena bertele-tele, lebih baik disajikan berupa gambar ilustrasi.
Ilustrasi memang gambar, tetapi tidak hanya gambar tangan yang dibuat dengan pensil, ballpen atau tinta Cina saja, melainkan dapat juga berupa foto jepretan lensa, gambar pandangan pancungan, peta, denah, bagan dan diagram.[6]

E.     Aspek Penalaran dalam Karya Ilmiah
Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut adalah:
1.    Aspek Keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan  dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori, pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
2.    Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
3.    Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
4.    Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
5.    Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah.
Bahasa ragam ilmiah memiliki ciri khas yakni cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif,  ringkas  dan padat, dan konsisten.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan beberapa hal, yaitu : etika ilmiah, ketentuan lembaga (universitas), kemampuan personal, dan kemampuan teknis.
Menggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.

B. Saran
1. Dalam menulis karya ilmiah diharapkan memperhatikan sistematika penulisan sehingga karya ilmiah tersebut dapat diterima oleh berbagai kalangan.
2. Dalam menulis diharapkan penulis dapat mengkaji berbagai fenomena dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat saat ini sehingga karya tulis dapat menjadi menarik dan bermanfaat bagi para pembaca.
3. Kami mengharapkan para pembaca dapat meningkatkan kekreatifannya dan kekritisannya dalam berfikir saat membuat karya ilmiah.

  
DAFTAR PUSTAKA

Dendiirfansyah.blogspot. 2013. Analisa Ragam Bahasa. Internet
Justsangtae.blogspot.2012. Bahasa Ragam Ilmiah. Internet
Rasydinsjatry.blogspot.2013. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah 162. Internet
Ruslananwar06.blogspot.2013. Contoh Karakteristik Bahasa Indonesia. Internet
Tim Pengajar Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin. 2008. Himpunan Materi Kuliah Bahasa Indonesia. UPT MKU Universitas Hasanuddin : Makassar
Webcache. 2013Bahasa Ragam Ilmiah Pertemuan ke-3. Internet
https://gudangmakalah.blogspot.co.id/2013/01/makalah-bahasa-indonesia-penulisan.html

http://evaindra.blogspot.co.id/2013/02/menyelaraskan-karya-ilmiah-di-kalangan.html
http://kumpulanmakalah94.blogspot.co.id/