BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa Indonesia, sebagaimana bahasa pada umumnya, digunakan untuk tujuan
tertentu dan dalam konteks tertentu. Tujuan dan konteks ini akan menentukan
ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang menggunakan bahasa
Indonesia untuk orasi politik misalnya, akan menggunakan ragam yang berbeda
dari orang lain yang menggunakan untuk menyampaikan khotbah Jumat atau bahan
kuliah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam
bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian bahasa
ragam ilmiah ?
2. Bagaimanakah
karakteristik bahasa ragam ilmiah ?
3. Bagaimanakah ciri ragam
bahasa ilmiah ?
4. Bagaimanakah ragam
bahasa pidato ilmiah ?
5. Bagaimanakah penulisan
karya ilmiah dengan ragam akademik ?
1.3 Tujuan
1. Memahami
pengertian bahasa ragam ilmiah.
2. Memahami
karakteristik bahasa ragam ilmiah.
3. Memahami
ciri ragam bahasa ilmiah.
4. Memahami
ragam bahasa pidato ilmiah.
5. Memahami
penulisan karya ilmiah dengan ragam akademik.
1.4 Manfaat
1.
Diharapkan dalam
pembuatan makalah ini dapat memperkaya bahan-bahan mengenai penyusunan karya
ilmiah yang benar, baik bagi penulis maupun pembaca.
2.
Makalah ini
diharapkan akan dapat menambah wawasan , pandangan dan cakrawala mengenai
penyusunan karya ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bahasa Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu
ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya
ilmiah. Dimana bahasa ragam ilmiah ini diperoleh sesuai dengan sifat
keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam
bidang tertentu, disusun menurut metode (pendekatan rasional pendekatan empiris)
dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya. Sebagai bahasa yang
digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari
keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk
komunikasi ilmiah, baik secara tertulis maupun secara lisan.
B.
Macam-Macam Ragam Bahasa
1.
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa,
ragam bahasa terdiri dari:
a.
Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media
lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat
membantu pemahaman. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan
gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang
dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang berpidato
atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang
non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam
kesempatan non formal lainnya.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya
dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam
bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam
tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam
bentuk tulis.
Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan
ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa
serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu
masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ragam lisan antara lain meliputi:
- Ragam bahasa cakapan;
- Ragam bahasa pidato;
- Ragam bahasa kuliah;
- Ragam bahasa panggung.
Ciri-ciri ragam lisan:
- Memerlukan orang kedua/teman bicara;
- Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
- Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya
perlu intonasi dan bahasa tubuh;
- Berlangsung cepat;
- Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
- Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
- Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah
serta intonasi.
b.
Ragam Tulis
Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak
terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada
sasaran secara visual.
Dalam penggunaan ragam bahasa tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa lisan makna kalimat
yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian . Oleh karena itu, dalam
penggunaan ragam bahasa tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam
pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur
kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam tulis yang antara lain meliputi:
- Ragam bahasa teknis;
- Ragam bahasa undang-undang;
- Ragam bahasa catatan;
- Ragam bahasa surat.
Ciri-ciri ragam tulis :
o Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
o Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
o Harus memperhatikan unsur gramatikal;
o Berlangsung lambat;
o Selalu memakai alat bantu;
o Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
o Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu
dengan tanda baca.
2.
Karakteristik bahasa tulisan menurut Goeller:
·
Accuracy (akurat) yaitu kelogisan segala
informasi atau gagasan yang dituliskan.
·
Bravety (ringkas) yaitu pengungkapan
gagasan yang ringkas, tidak menggunakan kata-kata mubazir.
·
Clarity (jelas) yaitu tulisan mudah
dipahami, penalaran jelas, tidak menimbulkan tafsir ganda.
3.
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam
dialek, ragam terpelajar (pendidikan), sikap penutur.
a.
Ragam Daerah, dikenal dengan nama logat
atau dialek.
Dialek dibedakan menjadi 4 , yaitu sebagai
berikut:
1.
Dialek regional,
yaitu rupa-rupa bahasa
yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan
di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka
berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.
2.
Dialek sosial,
Yaitu dialek yang
digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat
masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
3.
Dialek temporal
yaitu dialek yang
digunakan pada kurun waktu tertentu.
4.
Idiolek
yaitu keseluruhan ciri
bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing
memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan
kekayaan kata.
b.
Ragam Pendidikan
Ragam pendidikan terdiri atas ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak
baku.
·
Ragam baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam
yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah,
suasana resmi, atau surat resmi.
Ciri Ragam Bahasa Baku :
1. Kemantapan dinamis;
2. Kecendekiaan;
3. Keseragaman kaidah.
3. Keseragaman kaidah.
Ciri Struktur bahasa Indonesia Baku :
4.
Lengkap secara morfologis;
2. Lengkap secara struktur;
3. Penggunaan jenis kata/diksi yang tepat;
4. Penggunaan kalimat yang efektif;
5. Keparalelan/kesejajaran .
2. Lengkap secara struktur;
3. Penggunaan jenis kata/diksi yang tepat;
4. Penggunaan kalimat yang efektif;
5. Keparalelan/kesejajaran .
·
Ragam tidak baku
Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang digunakan pada kehidupan
sehari-hari. Ragam bahasa tidak baku biasanya tidak sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar karena ragam tidak baku tidak digunakan dalam
situasi yang formal.
c.
Sikap penutur, dikenal dengan langgam atau
gaya.
4.
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari :
a.
Ragam bahasa ilmiah;
b.
Ragam hukum;
c.
Ragam bisnis;
d.
Ragam agama;
e.
Ragam sosial;
f.
Ragam kedokteran;
g.
Ragam sastra.
5.
Ragam Bahasa Berdasarkan Wacana :
·
Ragam Ilmiah: bahasa yang digunakan dalam
kegiatan ilmiah, ceramah, tulisan-tulisan ilmiah
·
Ragam Populer: bahasa yang digunakan dalam
tulisan sehari-hari dan dalam pergaulan sehari-hari.
6.
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara, dibedakan menurut akrab
tidaknya pembicara
·
Ragam bahasa resmi;
·
Ragam bahasa akrab;
·
Ragam bahasa agak resmi;
·
Ragam bahasa santai.
C.
Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah
a) Cendekia
Bahasa ilmiah itu
mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa
yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga
gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
·
Contoh A : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) akan mempengaruhi serapan hara
fosfor oleh tanaman inang melalui akar terutama tanaman yang tumbuh pada
tanah yang kekurangan fosfor yang dimungkinkan oleh adanya hifa eksternal.
·
Contoh B : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada akar tanaman inang akan
meningkatkan serapan hara fosfor melalui hifa eksternalnya. Kalimat pada contoh B
secara jelas mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat tetapi tidak terungkap
jelas pada contoh A.
·
Contoh A: Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara
tidak langsung. Contoh B : Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak
langsung.
·
Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata
dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat
idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh A termasuk
mubazir.
·
Contoh A : Hubungan rumusan masalah dengan simpulan
tidak cocok.
·
Contoh B : Hubungan rumusan masalah dan simpulan
tidak cocok.
Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara
cermat. Pilihan kata idiomatis yang tidak cermat tampak pada contoh A.
b) Lugas dan Jelas
Bahasa Indonesia
mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap
gagasan diungkapkan secara langsung sehingga akan menghindari kesalah-pahaman
dan kesalahan menafsirkan isi kalimat.
o Contoh A: Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang tidak
dapat dikatakan ringansehingga kemampuan berfikirnya menjadi berada
di awing-awang.
o Contoh B : Mahasiswa sering
mendapatkan tugas yang berat sehingga kemampuan
berfikirnya menjadi menurun.
o Contoh A : Untuk mengetahui
apakah baik dan buruknya pribadi seseorang dari tingkah dan lakunya dalam
sehari-hari.
o Contoh B : Baik buruknya
pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.
o Contoh A tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas,
antara lain karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu
manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang disampaikan.
c) Menghindari
Kalimat Fragmentasi
Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum
selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis
menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan
yang diungkapkan.
·
Contoh A : Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat
Fragmentaris)
·
Contoh B : Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya
(Kalimat Lengkap)
d) Bertolak dari
Gagasan
Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak
pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh
kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu
dihindari.
·
Contoh A : Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa
menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
·
Contoh B : Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
·
Contoh kalimat A beroriantasi pada penulis. Contoh B berorientasi
pada gagasan.
e) Formal dan
Objektif
Sifat formal dan objektif ditandai dengan kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Kosakata yang digunakan bernada fornal da kalimat-kalimatnya mengandung
unsur yang lengkap.
·
Contoh : Kata Formal Kata Informal
- Membuat Bikin
- Hanya Cuma
- Memberi Kasi
- Contoh
A : Abstrak artikel harus
ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali adanya masalah.
·
Contoh B : Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph.
Penelitian diawali adanya masalah.
Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi
kesan subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin
tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari. Penulisan kalimat A berikut
perlu dihindari karena barsifat subjektif/emosional.
f) Ringkas
dan Padat
Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak
adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan
bahasa yang hemat.
·
Contoh A : Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap
warga negara Indonesia.
·
Contoh B : Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan
di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi
setiap warg/a negara Indonesia.
·
Contoh A berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat. Hadirnya kata yang bercetak miring pada kalimat B tidak memberi tambahan makna yang berarti. Dengan
demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir.
g) Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah
digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda
lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya
digunakan secara konsisten.
- Contoh
: kata tugas untuk digunakan
untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagimengantarkan
objek.
D.
Ciri Ragam Bahasa Ilmiah
1.
Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas.
2.
Struktur wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah.
3.
Singkat, berisi analisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap.
4.
Cermat dalam menggunakan unsur baku (istilah/kata), ejaan, bentuk kata, kalimat, paragraf, wacana.
5.
Cermat dan konsisten menggunakan penalaran dari penentuan topik,
pendahuluan, deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis
sampai dengan kesimpulan dan saran.
6.
Menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu.
7.
Objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindarkan
bentuk persona dan ungkapan subjektif.
8.
Konsisten dalam pembahasan topik, pengendalian
variabel, tujuan, penalaran, istilah, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data, analisis
data, hasil analisis, sampaidengan kesimpulan dan saran.
E. Ragam Bahasa Pidato Ilmiah
(Presentasi Ilmiah)
Ragam pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis,
antara lain: presentasi makalah ilmiah, presentasi skripsi, presentasi tesis,
presentasi disertasi dan pidato pengukuhan guru besar. Penulisan makalah ilmiah
dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan tanya jawab. Adapun penulisan skripsi,
tesis dan disertasi dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan ujian, dan
diakhiri dengan penentuan kelulusan.
Untuk mendapat hasil yang optimal, seorang presenter
ilmiah harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Etika ilmiah, makdsunya bahwa
seseorang presenter ilmiah
·
harus menggunakan ragam bahasa ilmiah,
·
penalaran ilmiah,
·
bersikap obejktif,
·
menggunakan kalimat yang terukur kebenarannya,
·
mematuhi aturan formal presentasi,
·
mempresentasikan seluruh materi (secara singkat) sesuai dengan waktu yang ditentukan,
·
mengutip konsep, data, dan pendapat dengan menyebutkan sumbernya,
·
mengutip data yang relevan dengan pembuktian,
·
tidak mempresentasikan masteri di luar bahasa karya ilmiah,
·
dapat menjawab pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi,
konsep, data, kata, istilah, penalaran, pembuktian, konsekuensi logis dari
karya ilmiahnya,
·
mencermati setiap respon pendengar (penguji).
b. Ketentuan lembaga (universitas),
yaitu
·
mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan lembaga atau
universitas,
·
mengikuti produser (aturan) yang berlaku pada lembaga atau universitas,
·
mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga atau universitas.
c. Kemampuan personal, yakni,
·
bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada pendengar (penguji),
·
bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukkan kemampuan diri
berlebiha,
·
menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa, saya pikir,
dan lain-lain. Sebaiknya seseorang presenter menggunakan kata pengalaman
membuktikan ..., uji coba menunjukkan, dan lain-lain,
·
berpakaian sopan,
·
menunjukkan sikap positif, serius, cermat, dan percaya diri.
d. Kemampuan teknis, yakni
·
menganalisis data primer dan sekundewr, baik kualitatif maupaun
kuantitatif,
·
mengaplikasikan penggunaan pustaka,
·
melengkapi pembuktian (sumber) teori,
·
menggunakan saran visual seperti, LCD, OHP, peraga, dan data (dokumen),
·
memvisualkan data pendukung gambar, grafik, atau data lain yang relevan.
Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga
dituntut untuk berusaha sekiuat tenaga agar bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana
yang dikemukakan di atas. Sementara itu, beberapa fasilitas dalam penggunaan
bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya adanya kesempatan untuk
mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan intonasi, jeda, dan unsur
intonasi lainnya.
Contoh pidato presentasi skipsi:
Bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara yang saya
hormati,
Perkenanakan saya memaparkan skripsi saya secara
ringkas!
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penjualan Saham
terhadap Laba Usaha pada PT BNI Cabang Makassar tahun 2007”. Skripsi ini
memasahkan bagaimana pengaruh penjualana saham terhadap laba usaha pada
perusahaan tersebut sejak 1 Juli hingga 31 Desember 2007. Penjualan saham
merupakan variabel bebas dan laba usaha merupakan variabel terikat.
Kajian teoritik bersumber pada data sekunder yang
diperoleh melalui buku, jurnal, ensiklopedia, website, dan beberapa laporan
penelitian dalam bahasan yang sejalan dengan topik ini. Kajian ini menggunakan
sumber data yang diterbitkan pada tahuan 2006-2007. Kajian ini dideskripsikan
dalam Bab II Deskripsi Teori.
Berdasarkan kajian teoritik tersebut dilakukan
pengumpulan data di lapangan, yaitu kantor PT BNI Cabang Makassar dan di
kantor-kantor cabang pembantu lainnya untuk mendapatkan data prmier. Data ini
dikumpulkan sejak tanggal 1 juli sampai dengan 31 Desember 2007. Data ini
diperoleh melalui observasi, angket, wawancara, dan melalui website. Data
ini dideskripsikan dalam Bab V Deskripsi Data, Analisis, dan Hasil Analisis
Data. Selanjutnya, data ini dianalisis secara deskriptif.
Hasil analisis menunjukkan bahawa penjualan
saham terhadap laba usaha memenngaruhi secara signifikan. Sebagai kesimpulan
bahwa penjualan saham berpengaruh secara positif terhadap laba usaha.
F. Ragam Ilmiah dalam
Menulis Akademik
Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan
presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk
memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempat hal
tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.
Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan ilmiah,
penulis harus berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar
menunjukkan sifat yang cendekia, lugas dan jelas, mengindari kalimat yang
fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan
konsisten. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan
kata, pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam menggunakan
ejaan, dan aspek-aspek lainnya.
Contoh : Berbahasa adalah aktivitas sosial.
Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru
dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara,
pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang
mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, inpterpretasi-interpretasi lainnya
terhadap tindakan lawan bicara. Setiap peserta penutur bertanggung jawab atas
tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan yang dilakukan dalam
interaksi lingual itu.
G. Asas-asas penyusunan gagasan di dalam
karya ilmiah
a. Kejelasan (Clarity)
Karangan ilmiah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak saja berarti
mudah dipahami, mudah dibaca, tetapi juga harus tidak memberi ruang untuk disalahtafsirkan,
tidak boleh bersifat samar-samar, tidak boleh kabur, tidak boleh ada di wilayah
abu-abu. (Bahasa Jawa: keduh gambling wijang-wijang).
Kejelasan di dalam karangan ilmiah itu ditopang oleh hal-hal berikut:
1.
pemakaian bentuk, kebahasaan yang lebih
dikenal daripada bentuk kebahasaan yang masih harus dicari-cari dulu maknannya,
bahkan oleh penulisnya.
2.
pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas,
tajam, lugas, daripada kata-kata yang berbelit, yang panjang, yang rancu, dan
boros.
3.
pemakaian kata-kata dalam bahasa sendiri
daripada kata-kata dalam bahasa asing.Kata-kata asing dapat digunakan hanya
kalau memang istilah itu sangat teknis sifatnya sehingga tidak (belum) ada
istilah garing kata-kata yang pas dalam bahasa Indonesia. Jadi, jangan sampai
verbalistis.
b.
Ketepatan (Accuracy)
Karangan ilmiah menjunjung tinggi keakuratan. Hasil penelitian ilmiah dan
cara penyajian hasil penelitian itu haruslah tepat/akurat. Supaya karangan
ilmiah sungguh-sungguh akurat, penulis/peneliti harus sangat cermat, sangat
teliti, tidak boleh sembrono, atau main-main dengan ilmu.
Dalam cara penyampaiannya, di dalam karangan ilmiah itu harus terwadahi
butir-butir gagasan dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh
peneliti/penulisnya. Kualifikasi demikian itulah yang dimaksud dengan istilah
efektif-sangkil.
c. Keringkasan (Brevity)
Karangan ilmiah haruslah ringkas. Ringkas tidak sama dengan pendek.
Karangan yang tebalnya 500 halaman dapat dikatakan ringkas sejauh di dalamnya
tidak terdapat bentuk-bentuk kebahasaan yang bertele-tele, kalimat-kalimat yang
bertumpukan (running-on sentences), dan sarat dengan kemubaziran dan kerancuan.
Jadi, karangan ilmiah itu tidak boleh menghamburkan kata-kata, tidak boleh
mengulang-ulang ide yang telah diungkapkan, dan tidak berpura-pura dalam
mengungkapkan maksud atau gagasan. Karangan ilmiah harus dibangun dari ide yang
kaya dengan bahasa yang hemat dan sederhana. Jadi bukan sebaliknya, ide yang
miskin namun dengan bahasa yang berbunga-bunga.
Karangan ilmiah harus ditulis dengan hati dan diteliti kembali, dibenahi
kembali, diedit kembali dengan pikiran. Jadi, peganglah prinsip ‘writing with
heart, editing with brain’ di dalam praktik penulis karya ilmiah.
H. Teknik Mengatur Perwajahan Karangan
Yang dimaksud dengan
perwajahan adalah tata letak (lay out) unsur-unsur skripsi serta
aturan penulisan unsur-unsur tersebut, yang berkaitan dengan segi keindahan dan
estetika naskah. Tata letak dan penulisan unsur-unsur skripsi, tesis, atau
disertasi harus diusahakan sabaik-baiknya agar skripsi, tesis, atau disertasi
tersebut tampak rapi dan menarik. Dalam pembicaraan tentang perwajahan,
dikemukakan secara ringkas mengenai masalah kertas pola ukuran dan penomoran.
1. Kertas Pola Ukuran
Supaya tiap halaman
ketikan rapi, sebaiknya digunakan kertas pola ukuran. Kertas pola ukuran
tersebut dipasang setiap kali mengganti halaman dan kertas pola ukuran itu
harus ditaati agar hasil ketikan tampak rapi. Jika menggunakan komputer,
program-program tertentu harus dikuasai terlebih dahulu agar format yang
dikehendaki terwujud.
Pada umumnya garis
pembatas pada kertas pola ukuran tersebut diatur dengan ukuran sebagai berikut:
a) Pias (margin) atas 4 cm,
b) Pias bawah 3 cm,
c) Pias kiri 4 cm, dan
d) Pias kanan 3 cm.
2. Penomoran
a) Angka yang digunakan
Angka untuk nomor yang
lazim digunakan dalam skripsi, tesis, disertasi, atau karangan ilmiah umumnya
adalah angka Romawi kecil, angka Romawi besar, dan angka Arab. Angka Romawi
kecil (i, ii, iii, iv, v) dipakai untuk menomori halaman judul, halaman yang
bertajuk prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan
daftar lain (jika ada). Angka Romawi besar (I, II, III, IV, V) digunakan untuk
menomori tajuk bab pendahuluan, tajuk bab analisis, tajuk bab simpulan,
misalnya BAB I PENDAHULUAN. Angka Arab (1, 2, 3, 4, dan seterusnya) digunakan
untuk menomori halaman-halaman naskah mulai bab pendahuluan sampai dengan
halaman terakhir dan untuk menomori nama-nama tabel, grafik, histogram, bagan,
dan skema.
b) Letak Penomoran
Halaman judul, daftar
isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar lampiran, menggunakan angka Romawi
kecil yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah-tengah (simetris).
Halaman yang bertajuk bab pendahuluan, bab analisis, bab simpulan, daftar
pustaka/rujukan, indeks, dan lampiran, menggunakan angka Arab yang diletakkan
pada bagian bawah, tepat di tengah-tengah (simetris). Halaman-halaman naskah
lanjutan menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian kanan atas.
c) Penomoran Subbab
Subbab dan subsubbab dinomori dengan angka
Arab sistem digital. Angka terakhir dalam digital ini tidak diberi titik
(seperti 1.1, 1.2, 2.1, 1.1.2, 2.2.3, 3.2.1, dan seterusnya). Dalam hubungan
ini, angka digital tidak lebih dari tiga angka (maksimal, misalnya 1.1.1,
1.4.3, 1.1.2, 3.2.2, 3.3.3, 4.4.1), sedangkan penomoran selanjutnya menggunakan
a, b, c, kemudian 1), 2), 3), selanjutnya a), b), c), dan seterusnya.[5]
Artikel berbentuk feature dapat
lebih dinikmati, kalau artikel tersebut diberi ilustrasi. Lebih-lebih bila
isinya mengenai sesuatu keilmuan atau petunjuk teknis. Informasi akan
menjenuhkan bila diungkapkan dengan kata, karena bertele-tele, lebih baik
disajikan berupa gambar ilustrasi.
Ilustrasi memang gambar,
tetapi tidak hanya gambar tangan yang dibuat dengan pensil, ballpen atau
tinta Cina saja, melainkan dapat juga berupa foto jepretan lensa, gambar
pandangan pancungan, peta, denah, bagan dan diagram.[6]
E. Aspek Penalaran dalam Karya Ilmiah
Suatu karangan
sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran
itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran
dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut adalah:
1. Aspek Keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah
hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya,
bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada
pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan
bagian landasan teori, pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
2. Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola
urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal
yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah
harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan
dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka
analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas
secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas
pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
3. Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan
bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu
pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian
besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut
perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis
harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
4. Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola
penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah
harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan
universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah
merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan
ilmiah.
5. Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana
penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan
ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa
yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra
lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu
ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya
ilmiah.
Bahasa ragam ilmiah memiliki ciri khas yakni cendekia, lugas dan jelas,
menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan
objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu : etika ilmiah, ketentuan lembaga
(universitas), kemampuan personal, dan kemampuan teknis.
Menggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis
dan presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk
memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempat hal
tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.
B.
Saran
1. Dalam menulis karya ilmiah diharapkan memperhatikan sistematika
penulisan sehingga karya ilmiah tersebut dapat diterima oleh berbagai kalangan.
2. Dalam menulis diharapkan penulis dapat mengkaji berbagai fenomena dan
permasalahan yang terjadi dalam masyarakat saat ini sehingga karya tulis dapat
menjadi menarik dan bermanfaat bagi para pembaca.
3. Kami mengharapkan para pembaca dapat meningkatkan kekreatifannya dan
kekritisannya dalam berfikir saat membuat karya ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Dendiirfansyah.blogspot. 2013. Analisa Ragam Bahasa. Internet
Justsangtae.blogspot.2012. Bahasa Ragam Ilmiah. Internet
Rasydinsjatry.blogspot.2013. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah 162. Internet
Ruslananwar06.blogspot.2013. Contoh Karakteristik Bahasa Indonesia. Internet
Tim Pengajar Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin. 2008. Himpunan Materi
Kuliah Bahasa Indonesia. UPT MKU Universitas Hasanuddin : Makassar
Webcache. 2013. Bahasa Ragam Ilmiah Pertemuan ke-3. Internet
https://gudangmakalah.blogspot.co.id/2013/01/makalah-bahasa-indonesia-penulisan.html
http://evaindra.blogspot.co.id/2013/02/menyelaraskan-karya-ilmiah-di-kalangan.html
http://kumpulanmakalah94.blogspot.co.id/