Friday, January 15, 2016

9:20:00 PM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang bergelut  secara intens denan pendidikan. Itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal educandus secara sekalius, yaitu sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yan senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan.
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut. Dengandemikian selain bersifat universal, pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai penyelenggaraan pendidikan bangsa tersebut.
Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks sosio budaya. Oleh karena itu, setiap masyarakat pluralistic di zaman modern senantiasa menyiapkan warganya yang terpilih sebagai pendidik bagi kepentingan kelanjutan (regenerasi) dari masing-masing masyarakat yang bersangkutan.  Beragam permasalahan dalam pendidikan dalam pendidikan apabila tidak dapat dihilangkan sama sekali, paling tidak hal itu perlu diperkecil, sehingga persoalan-persoalan yang muncul tidak menggangu tercapainya tujuan pendidikan umumnya, atau tujuan pembelajaran khususnya.
Menurut Sukardjo (2009:3) salah satu cara untuk dapat menghilangkan atau memperkecil permasalahan yang timbul adalah dengan berpijak pada teori-teori pendidikan. Dengan demikian, penguasaan atas dasar-dasar pendidikan diharapkan menjadi cakrawala yang memberikan bekal bagi pelaku pendidikan dalam rangka memperkecil persoalan pendidikan dan memecahkan beragam permasalahan pendidikan pada umumnya, dan pembelajaran pada khususnya
Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di dalam pendidikan termuat usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan penuh perencanaan yang bertujuan untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada peserta didik.
Kegiatan pendidikan meliputi beberapa komponen. Komponen-komponen ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan harus berjalan seiring guna mencapai tujuan pendidikan. Namun, sebelum memahami beberapa komponen penting ini, kita harus menggali lebih dalam  tentang teori-teori dan konsep-konsep pendidikan itu sendiri.

1.2         Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.    Apa saja teori-teori yang dapat diterapkan dalam pendidikan ?
2.    Bagaimana konsep pendidikan yang ada di masyarakat ?
3.    Apa peranan pendidikan dalam kehidupan masyarakat ?

1.3         Pembatasan Masalah
Melihat masih begitu luasnya permasalahan yang diidentifikasi, maka pembahasan makalah ini dibatasi tentang teori dan konsep pendidikan yang dalam hal ini penerapannya dicontohkan pada sebuah sekolah.

1.4         Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari uraian di atas “Apa saja teori dan konsep pendidikan yang dapat diterapkan di sebuah sekolah ?”


1.5         Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk :
1.      Untuk memahami teori-teori dan konsep pendidikan yang ada
2.      Untuk menambah wawasan mengenai konsep pendidikan yang merupakan aplikasi dari teori-teori pendidikan
3.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Pendidikan.

























BAB II
KAJIAN TEORI

2.1         Hakikat Pendidikan
Definisi pendidikan telah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Berikut definisi-definisi pendidikan yang penulis kumpulkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:232) diyatakan bahwa pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jadi, pendidikan merupakan sebuah proses, yakni proses perubahan perilaku baik individu ataupun sekelompok orang, dengan tujuan untuk membuat individu-individu tersebut dewasa. Maksud dewasa di sini adalah bahwa individu itu mencapai kematangan dalam pikiran dan pandangan. Dalam pengertian ini juga terkandung upaya atau usaha yang dilakukan dalam kegiatan pendidikan, yakni melalui pengajaran dan latihan.
Sejalan dengan definisi di atas, Sukmadinata (2004:1) juga mengemukan pendidikan sebagai upaya-upaya, yakni upaya mencerdaskan bangsa, menanamkan nilai-nilai moral dan agama, membina kepribadian, mengajarkan pengetahuan, melatih kecakapan, ketrampilan, memberikan bimbingan, arahan, tuntunan, teladan, dan lain-lain.
Pendidikan sebagai proses dikemukakan oleh H. Horn, bahwa pendidikan merupakan proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

2.2         Hakekat  Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dan bertujuan untuk menjelaskan fenomena alamiah. Teori terdiri dari 3 elemen, yaitu concept (konsep), scope (lingkup), dan relationship (hubungan). Sebuah teori harus memiliki konsep-konsep dengan lingkup tertentu dan saling berhubungan
Pengertian teori juga dikemukakan oleh Kerlinger, yakni: a set of interrelated constructs (concepts), definitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with the purpose of explaining and predicting the phenomena (teori adalah seperangkat  konstruksi {konsep}, definisi, dan preposisi yang yang saling berhubungan yang menghadirkan suatu fenomena yang sistematis dengan memerincikan hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena tersebut). Dengan demikian, sebuah teori terdiri atas konsep, definisi, dan proposisi yang saling berhubungan, sehingga dapat menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena dengan memerinci terlebih dahulu hubungan antara konsep, definisi, dan preposisi tadi
Definisi teori Kerlinger di atas juga dikemukan oleh Soetriono dan Hanafie (2007:142-143) yang menyatakan bahwa teori bukanlah suatu spekulasi melainkan suatu konstruksi yang jelas yang dibangun atas jalinan fakta-fakta secara keseluruhan. Fakta mempunyai peranan dalam teori, yakni: (a) memulai teori; (b) menolak dan mereformasi teori yang telah ada; serta (c) mendefinisikan kembali atau memperjelas definisi-definisi yang ada. Dalam pengembangan ilmu, teori memiliki peranan sebagai berikut.
1.      Teori sebagai orientasi, yakni memfokuskan cakupan fakta-fakta mana saja yang diperlukan.
2.      Teori sebagai konseptual dan klasifikasi, yakni dapat memberikan petunjuk kejelasan hubungan antarkonsep atas dasar klasifikasi tertentu.
3.      Teori sebagai generalisasi, yakni memberikan rangkuman terhadap generalisasi empirik dari berbagai proposisi.
4.      Teori sebagai peramal fakta, yakni membuat prediksi-prediksi tentang adanya fakta dengan cara membuat ektrapolasi (ramalan) dari yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui.
5.      Teori menunjukkan adanya kesenjangan dalam pengetahuan kita, sehingga memberi kesempatan kepada kita untuk melengkapi, menjelaskan, dan mempertajamnya.
Mudyahardjo (2001:91) mengartikan sebuah teori dalam sosok teori yang terdiri dari bentuk dan isi. Dilihat dari bentuknya, teori merupakan sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan meramalkan (prediktif). Hal ini sejalan dengan definisi teori yang dikemukan sebelumnya. Dilihat dari isinya, sebuah teori berisi konsep-konsep yang berfungsi sebagai asumsi (dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori)dan definisi (konotatif atau denotatif, yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori).
Dari definisi-definisi di atas, dapat penulis simpulakan bahwa teori adalah beberapa atau kumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain dan berfungsi untuk menerangkan dan meramalkan suatu fenomena (gejala atau kejadian).

2.3              Teori Pendidikan
Menurut N.R. Campbell (dalam Sudjana, 1989:7), teori adalah perangkat proposisi (pernyataan ilmiah) yang terintegrasi secara sintaksis dan berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan, membedakan, meramalkan dan mengontrol fenomena yang dapat diamati. Kemudian Snelbecker (dalam Miarso, 2011:103) mengemukakan bahwa teori adalah segala aspek ilmuan tidak semata-mata bersifat empirik, dan yang sangat khusus adalah ringkasan pernyataan yang melukiskan dan menata sejumlah pengamatan empirik.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, teori adalah pernyataan ilmiah yang berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan, membedakan, meramalkan, melukiskan dan menata sejumlah fenomena melalui pengamatan yang terintegrasi secara sintaksis.
Dalam pendidikan terdapat klasifikasi teori pendidikan yang akan dijabarkan lebih luas lagi sehingga menambah referensi mengenai teori-teori pendidikan.
a.    Behaviorisme
Menurut Sukardjo (2009:33) Behaviorisme adalah posisi filosofis yang mengatakan bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan perhatiannya pada sesuatu yang bisa diteliti lingkungan dan perilaku-dari pada fokus pada apa yang tersedia dalam individu-persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, berbagai citra, perasaan-perasaan, dan sebagainya. Kemudian Sukardjo (2009:33) melanjutkan bahwa kerangka kerja (frame work) dari teori pendidikan Behaviorisme adalah Empirisme. Asumsi filosofis dari Behaviorisme adalah nature of human being (manusia tumbuh secara alami).
Aliran Behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh karena itu, aliran itu, aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau  ada stimulus dan respons. Dalam aliran behavior, faktor lain yang penting adalah reinforcement (penguatan), yaitu penguatan yang dapat memperkuat respons. Tokoh aliran Behaviorisme antara lain (1) Pavlov; (2) Watson; (3) Skinner; (4) Hull; (5) Guthrie; (6) Thorndike.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa apabila terkurung binatang itu sering melakukan bermacam-macam kelakuan, seperti menggaruk-garuk, mengigit, mencakar, dan menggosok-gosokkan badannya ke sisi-sisi kotak. Cepat atau lambat binatang itu akan tersandung palang dan lepaslah ia ke tempat makanan. Kalau pengurungan itu berkali-kali, maka tingkah laku yang tidak ada hubunganna dengan lepas dari kurungan berkurang. Tentu saja waktu yang diperlukan untuk lepas menjadi lebih pendek.
Dalam penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa respons lepas dari kurungan itu lambat laun diasosiasikan dengan situasi dalam belajar melalui coba-coba, by trial and error. Respons benar lambat laun tertanam atau diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang. Respons yang tidak benar diperlemah. Gejala ini disebut substitution response atau dikenal dengan teori mental conditioning karena pemilihan suatu respons itu merupakan alat atau instrument untuk memperoleh ganjaran.
Thorndike (dalam Uno, 2006:7) proses interaksi antara stimulus antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Berdasarkan hal tersebut, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau yang nonkonkret (tidak dapat diamati). Sukardjo (2009:47) menyatakan terkait dengan belajar, Thorndike menyampaikan tiga hukum belajar yang utama dan itu diturunkan dari hasil penelitiannya. Ketiga hukum tersebut adalah hukum efek, hukum latihan, dan hukum kesiapan.
Menurut Sukardjo (2009:48) yang terpenting bagi pendidikan ialah penelitian Thorndike mengenai pengaruh jenis kegiatan belajar tertentu pada belajar berikutnya. Pertama, serangkaian studi yang dilakukan oleh Thorndike dan Woodwoorth (1901) menemukan bahwa berlatih dalam tugas tertentu memudahkan belajar di waktu kemudian hana untuk tugas yang serupa, tidak untuk tugas yang tidak serupa. Hubungan ini dikenal sebagai alih latihan, transfer of training.
Kedua, Thorndike (1924) menyelidiki konsep disiplin mental yang popular yang mula-mula diuraikan oleh Plato. Menurut paham penganjur disiplin mental, mempelajari kurikulum tertentu, terutama matematika dan bahasa-bahasa klasik dapat meningkatkan fungsi intelek. Thorndike menguji konsep itu dengan cara membandingkan hasil belajar siswa-siswa sekolah menengah. Setelah mengikuti pelajaran dalam kurikulum klasik dan kurikulum vokasional ia menemukan bahwa ada perbedaan yang berarti dari keduanya. Dalam tahun-tahun berikutnya, penelitian Thorndike ini disebut sebagai pembawa pengaruh yang penting dalam mengalihkan pandangan pada perancang kurikulum konsep disiplin mental dan mengarahkan pelaksanaan penyusunan kurikulum ke tujuan, keguruan masyarakat.
b.  Kognitivisme
Menurut Sukardjo (2009:50) Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis, yaitu the way in which we learn. Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran. Inilah yang disebut dengan filosofi Rasionalism. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa/kejadian yang terjadi dalam lingkungan.
Kemudian Sukardjo (2009:50) Teori kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimana orang-orang berpikir. Menurut Uno (2006:10) teori ini menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Aliran ini menjelaskan bagaimana belajar terjadi dan menjelaskan secara alami kegiatan mental internal dalam diri kira. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Tokoh aliran kognitivisme adalah Piaget, Bruner, dan Ausebel.
c.   Konstruktivisime
Menurut Von Glasersfeld (dalam Sukardjo, 2009:54) pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ke-20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambastissta Vico, seorang epistomolog dari italia (Suparno dalam Sukardjo, 2009:54).
Pada tahun 1710, Vico mengungkapkan filsafatnya denggan berkata,
Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Terkait dengan hal itu, dia menjelaskan bahwa mengetahui bermakna berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Ini berarti bahwa seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang dapat membangun sesuatu itu. Menurut Vico, pengetahuan tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari pengamat yang berlaku.
Sukardjo (2009:55) menyatakan bahwa kaitannya dengan pembelajaran, menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Kemudian Sukardjo melanjutkan bahwa konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetauan baru berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamanna sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peran siswa untuk dapat membangun constructive habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.


d.  Teori Belajar Humanistik
Menurut Sukardjo (2009:56) Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. Menurut Uno (2006:14) proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses dalam belajar dalam bentuknya yang paling ideal yaitu memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri). Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, si pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
 Kemudian Sukardjo (2009:56) menjelaskan bahwa menuru aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk menajdi lebih baik, dan juga belajar. Secara singkat Sukardjo (2009:57) menyimpulkan bahwa pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Dalam teori humanistik, belajar dianggap berhasil jika pembelajar memahami lingkungannya, dan dirinya sendiri. Terdapat beberapa tokoh teori belajar Humanistik yaitu sebagai berikut.

2.4              Teori Pendidikan dan Konsep Pendidikan
1.  Teori Pendidikan
Teori pendidikan dapat dilihat dari 3 segi yaitu bentuk, isi, dan asumsi pokok (Mudyahardjo, 2001:91-92). Dari segi bentuk, teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Isi sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep tentang peristiwa pendidikan. Konsep ini ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pendidikan dan ada yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Sedang, asumsi pokok pendidikan meliputi:
a)   pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan belajarnya;
b)   pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dam
c)   pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Klasifikasi Teori Pendidikan
Mudyahardjo (2001:100-110) mengklafikasikan teori pendidikan menjadi teori umum pendidikan dan teori khusus pendidikan. Berikut penjelasan kedua teori tersebut.
1)   Teori Umum Pendidikan
a)    Teori Umum Pendidikan Preskriptif
Adalah seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan yang bertujuan menerangkan bagaimana sebaiknya peristiwa-peristiwa pendidikan diselenggarakan. Teori yang termasuk kelompok ini adalah Filsafat Pendidikan.
b)    Teori Umum Pendidikan Deskriptif
Adalah seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan yang bertujuan menerangkan bagaimana peristiwa-peristiwa pendidikan telah dan sedang terjadi dalam masyarakat. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini yaitu:
a.  Pendidikan luar negeri atau pendidikan internasional
b.  Pendidikan perbandingan atau pendidikan komparatif
c.  Pendidikan historis atau sejarah pendidikan

 2)  Teori Khusus Pendidikan
a)        Teori Khusus Pendidikan Preskriptif
adalah seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan yang bertujuan menjelaskan bagaimana seharusnya sesuatu kegiatan pendidikan dilakukan. Teori yang termasuk kelompok ini adalah Teknologi Pendidikan.
b)        Teori Khusus Pendidikan Preskriptif
adalah seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan yang bertujuan menjelaskan bagaimana peristiwa-peistiwa pendidikan telah, sedang, dan diperkirakan terjadi di masyarakat. Teori yang termasuk kelompok ini adalah ilmu-ilmu pendidikan, antara lain:
1)             Pedagogik: studi ilmiah tentang situasi pendidikan meliputi komponen pendidikan, yakni: tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, metode pendidikan, isi pendidikan, lingkungan pendidikan, dan sarana prasarana pendidikan
2)             Orthopedagogik: studi ilmiah tentang situasi pendidikan untuk anak dan remaja yang berkebutuhan khusus, yakni menyandang kelainan fisik, mental, dan atau perilaku.
3)             Psikologi Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek individu dalam pendidikan.
4)             Sosiologi Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek sosial dalam pendidikan.
5)             Ilmu Pendidikan Demografis/Kependudukan: studi ilmiah tentang aspek demografis dalam pendidikan atau hubungan penduduk manusia dengan lingkungan.
6)             Andragogi: studi ilmiah tentang membantu orang dewasa dalam belajar.
7)             Antropologi Pendidikan dan Etnografi Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek budaya dalam pendidikan.
8)             Ekonomika Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek ekonomi dalam pendidikan
9)             Politika Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek politik atau kebijaksanaan dalam pendidikan.
10)         Ilmu Administrasi Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek cara mengatur penyelenggaraan pendidikan.

2.5   Konsep Pendidikan
Mudyahardjo (2001:3-16) membagi definisi pendidikan menjadi 3, yaitu definisi luas, sempit, dan luas terbatas. Hal tersebut dapat dijelaskan sabagai berikut.

1.  Definisi Luas
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Karakteristik konsep ini, yaitu: (a) masa pendidikan seumur hidup selama ada pengaruh lingkungan; (b) lingkungan pendidikan dapat diciptakan maupun ada dengan sendirinya; (c) kegiatan dapat berbentuk tak sengaja ataupun yang terprogram; (d) tujuan pendidikan tidak ditentukan dari luar, tapi terkandung dalam tiap pengalaman belajar, tidak terbatas, dan sama dengan tujuan hidup; (e) didukung oleh kaum humanis romantik dan kaum pragmatik.
2.   Definisi Sempit
Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Karakteristik konsep ini, yaitu: (a) masa pendidikan terbatas; (b) lingkungan pendidikan diciptakan khusus; (c) isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum, kegiatan pendidikan berorientasi kepada guru, dan kegiatan terjadwal; (d) tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar, terbatas pada pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu, bertujuan untuk mempersiapkan hidup; (e) didukung oleh kaum behavioris.
3.   Definisi Luas Terbatas
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Karakteristik konsep ini, yaitu: (a) masa pendidikan berlangsung seumur hidup yang kegiatannya tidak berlangsung sembarang, tapi pada saat tertentu; (b) berlangsung dalam sebagian lingkungan hidup {lingkungan hidup kultural}; (c) berbentuk pendidikan formal, informal, dan nonformal; (d) tujuan pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup yang bersifat menunjang terhadap pencapaian tujuan hidup; (e) didukung oleh kaum humanis realistik dan realisme kritis.
            Menurut Miarso (2004:9-10), ada beberapa konsepsi dasar pendidikan, yakni: 
1.      Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak didik yang berakibat terjadinya perubahan pada diri pribadinya.
2.      Pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup.
3.      Pendidikan dapat berlangsung kapan dan dimana saja, yaitu pada saat dan tempat yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak didik.
4.      Pendidikan dapat berlangsung secara mandiri dan dapat berlangsung secara efektif dengan dilakukannya pengawasan dan penilikan berkala.
5.      Pendidikan dapat berlangsung secara efektif baik di dalam kelompok yang homogen, kelompok yang heterogen, maupun perseorangan.
6.      Belajar dapat diperoleh dari siapa dan apa saja, baik yang sengaja dirancang maupun yang diambil manfaatnya.


 

BAB III
PEMBAHASAN
3.1         Pendidikan
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan biasa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bias (mengajar) bayi mereka sebelum di lahirkan. Banyak orang lain, pengalaman, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti dari pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, “Saya tidak pernah membiarkan sekolah menggangu pendidikan saya”. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering sekali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu ;
 Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasioanal, Dinas Pendidikan Daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.
 Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya
            Di sekolah tempat penulis bertugas yaitu SMK Bina Bangsa Ciledug merupakan kelompok Bisnis dan Manajemen yang terdiri dari program studi Akuntansi, Administrasi Perkantoran dan Pemasaran ditambah dengan program studi Multimedia yang termasuk kelompok Teknik dan Informasi Komputer mencoba menerapkan Konsep pendidikan sebagaimana beberapa para ahli telah kemukakan.
            Pada tahun ajaran 2013 / 2014 SMK Bina Bangsa menjadi salah satu sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
            SMK Bina Bangsa memiliki visi dan misi pendidikan sebagai berikut :
1.      Meningkatkan kualitas organisasi dan manajemen sekolah dalam menumbuhkan semangat keunggulan kompetitif.
2.      Meningkatkan kualitas KBM dalam mencapai kompetensi siswa berstandar nasional/international.
3.      Meningkatkan kualitas kompetensi guru dan pegawai dalam mewujudkan standar pelayanan minimal.
4.      Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dalam mendukung penguasaan IPTEK.
5.      Meningkatkan kualitas SDM dan kualitas pembinaan siswa dalam mewujudkan IMTAQ dan sikap kemandirian
6.      Meningkatkan kemitraan dengan DU/DI sesuai prinsip DEMAND DRIVEN.
7.      Meningkatkan kualitas pengelolaan unit produksi dalam menunjang kualitas SDM.
8.      Memberdayakan lingkungan pengelolaan sekolah dalam mewujudkan wawasan WIYATA MANDALA.

Dari visi dan misi tersebut di atas dapat diketahui bahwa dalam menerpakan konsep pendidikan di SMK Bina Bangsa ingin menerapkan bahwa sekolah adalah  salah satu sumber dalam meningkatkan kompetensi baik siswa maupun guru. Jadi, tidak hanya siswa yang belajar, tetapi lingkungan pun dimana guru yang menjadi fasilitator pembelajaran menjadi seorang  individu yang turut belajar dan dapat dikatakan sebagai lingkungan yang pembelajar “learning environment”.



 


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat teori pendidikan yaitu teori behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisime, dan humanistik. Sedangkan untuk konsep pendidikan yang penulis simpulkan berdasarkan dari beberapa pendapat yaitu Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan secara terencana melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimiliki seseorang baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk digunakan dalam memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. 
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1.   Teori pendidikan dapat dilihat dari 3 segi yaitu bentuk, isi, dan asumsi pokok. Dari segi bentuk, teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Isi sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep tentang peristiwa pendidikan. Sedang, asumsi pokok menyatakan pendidikan adalah aktual, normatif, dan proses.
2.    Konsep pendidikan meliputi pendidikan adalah kehidupan, pendidikan adalah sekolah, dan pendidikan sekolah dan luar sekolah.

4.2 Saran
Diharapkan agar semua elemen masyarakat indonesia dapat mengetahui lebih dalam tentang pendidikan terutama sejarah pendidikan di indonesia. Dengan demikian kita dapat merasakan perjuangan yang dulu telah di perjuangkan dan kita bisa  meningkatkan mutu dari pendidikan tersebut.





DAFTAR PUSTAKA

Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Miarso, Yusufhadi. Kuliah umum Dasar-dasar Teknologi Pendidikan program studi Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sriwijaya semester satu pada 2 September 2013.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Soetriono dan Rita Hanafie. 2007. Filasafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Sukardjo2009. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukmadiata, N.S. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kusuma Karya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Uno, Hamzah B. Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
https://www.academia.edu/9343382/Teori_dan_Konsep_Pendidikan

Popular Posts