Monday, February 29, 2016

8:00:00 AM
BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah  
Gagasan program modernisasi pendidikan islam mempunyai akar-akarnya tentang “modernisasi” pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan. Dengan kata lain, “modernisasi pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dengan gagasan dan program modernisasi islam. Kerangka dasar yang berada di balik “modernisasi” Islam secara keseluruhan adalah “modernisasi” pemikiran dan kelembagaan Islam merupakan persyaratan bagi kebangkitan kaum Muslimin di masa modern. Karena itu, pemikiran dan kelembagaan Islam termasuk pendidikan haruslah dimodernisasi, sederhananya harus disesuaikan dengan kerangka “modernitas”, mempertahankan kelembagaan Islam “tradisioanl” hanya akan memperpanjang nestapa ketidakberdayaan kaum muslim dalam berhadapan dengan kemajuan dunia modern.
Namun apakah sebenarnya hubungan antar “modenisasi” dengan pendidikan, lebih khusus lagi dengan pendidikan islam di Indonesia lebih dikenal dengan istilah “pembangunan” adalah proses multidimensional yang kompleks. Pada satu segi pendidikan di pandang sebagai variabel modenisasi. Dalam konteks ini pendidikan dianggap merupakan persyarat dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan program dan tujuan-tujuan modernisasi atau pembangunan. Tanpa pendidikan sulit bagi masyarakat manapun untuk mencapai kemajuan. Karena itu banyak ahli pendidikan yang berpandangan bahwa “pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu ke arah modernisasi.
Namun pada segi lain, pendidikan sering dianggap objek modernisasi. Dalam konteks ini, pendidikan di negara-negara yang tengah menjalankan modernisasi pada umumnya dipandang masih terbelakang dalam berbagai hal, dan karena itu sulit diharapakan bisa memenuhi dan mendukung program modernisasi. Karena itulah pendidikan harus diperbaharui atau dimodernisasi, sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya.
Pendidikan dalam masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak ke arah modern pada saatnya berfungsi untuk memberikan kaitan antara anak didik dan lingkungan sosio-kulturnya yang berubah.                                                                                                                             
Sebagaimana disimpulkan oleh Shipman (1972:33-35), fungsi pokok pendidikan dalam masyarakat modern terdiri dari tiga bagian: sosialisasi, penyekolahan, dan pendidikan. Sebagai lembaga sosialisasi, pendidikan adalah wahana bagi integrasi anak didik ke dalam nilai-nilai kelompok atau nasional yang dominan. Adapun penyekolahan mempersiapkan mereka untuk menduduki posisi sosial-ekonomi tertentu. Oleh karena itu, penyokolahan harus mempelajari anak didik dengan kualifikasi-kulifikasi pekerjaan dan profesi yang akan membuat mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat. Sedangkan dalam fungsi ketiga, pendidikan merupakan education untuk menciptakan kelompok elit yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan besar bagi kelanjutan modernisasi.
1.2  Identifikasi Masalah
Dalam karya ilmiah ini ada beberapa identifikasi masalah yaitu sebagai berikut :
1.         Pengertian modernisasi pendidikan islam
2.         Latar belakang dan pola pembaruan pendidikan islam
3.         Masa pembaruan pendidikan islam
4.         Sejarah pendidikan islam di Indonesia
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari modernisasi pendidikan islam?
2. Bagaimana Latar belakang dan pola pembaruan pendidikan islam?
3.Bagaiman  Masa pembaruan pendidikan islam?
4. Apa Sejarah pendidikan islam di Indonesia?

1.4  Tujuan pembahasan
1. Bagi penulis    
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen dalam mata kuliah pengantar pendidikan. Selain itu, bagi diri saya pribadi makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa, baik dalam lingkup universitas Alwashliyah maupun di civitas akademika yang lain.

2.  Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas modernisasi pendidikan islam  terhadap dunia pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai   
pendidikan.

3.   Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting modernisasi  sehingga agar semua dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang timbul oleh kemajuan ilmu pengetahuan sera teknologi modern.

1.5 Manfaat pembahasan
     Untuk mengetahui sejarah pendidikan islam di indonesia serta tahu bagaimana cara mengisi pada abad modrnisasi ini yang penuh dengan kamuflase. dan juga mempertinggi ghairah jihad dalam mempertahankan ajaran-ajaran islam.

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A.  Pengertian modernisasi pendidikan islam
Menurut Soerjono Soekanto,  Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change) dan didasarkan suatu perencanaan (social palnning).
Definisi lain mengenai modernisasi dikemukakan oleh Menurut Wibert E. Moore,  Modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama dalam bidang teknologi dan organisasi sosial dari yang tradisional ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang didahului oleh negara-negara Barat yang telah stabil.
Menurut Schoorl, Modernisasi adalah penggantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara yang tertampung dalam pengertian Revolusi Industri. Secara umum modernisasi adalah " suatu perubahan masyarakat dalam seluruh aspeknya dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern ". Namun ada beberapa ahli yang mendefinisikan modernisasi dengan versinya masing-masing. 

B.   Teori modernisasi
Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai wujud respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah menyebabkan munculnya negara-negara Dunia Ketiga. Kelompok negara miskin yang ada dalam istilah Dunia Ketiga adalah negara bekas jajahan perang yang menjadi bahan rebutan pelaku Perang Dunia II. Sebagai negara yang telah mendapatkan pengalaman sekian waktu sebagai negara jajahan, kelompok Dunia Ketiga berupaya melakukan pembangunan untuk menjawab pekerjaan rumah mereka yaitu kemiskinan, pengangguran, gangguan kesehatan, pendidikan rendah, rusaknya lingkungan, dan kebodohan.
Teori ini didasarkan pada dikotomi antara apa yang disebut modern dan apa yang disebut tradisional. Yang modern merupakan simbol dari kemajuan, pemikiran yang rasional, cara kerja yang efisien, dsb. Masyarakat modern dianggap sebagai ciri dari masyarakat di negara-negara industri maju. Sebaliknya yang tradisional merupakan masyarakat yang belum maju, ditandai oleh cara berpikir yang irrasional serta cara kerja yang tidak effisien. Ini merupakan ciri masyarakat pedesaan yang didasarkan pada usaha pertanian di negara-negara miskin.
Oleh karena adanya kepentingan tersebut, maka negara adidaya, khususnya Amerika Serikat mendorong kepada ilmuwan sosial untuk mempelajari permasalahan-permasalahan yang terjadi di negara dunia ke tiga tersebut. Maka muncullah beberapa teori-teori pembangunan dengan berbagai istilahnya dan berbagai alirannya dalam perspektif beberapa ahli yang mengemukakannnya. Permasalahan di dunia ketiga tersebut salah satunya di kaji melalui Teori Modernisasi. Teori modernisasi di bahas oleh beberapa sosiolog dengan perspektif yang berbeda-berbeda.
Secara etimologis, ada beberapa tokoh yang mengajukan pendapat tentang makna modernisasi. Everett M. Rogers dalam “Modernization Among Peasants: The 10 Impact of Communication” menyatakan bahwa modernisasi merupakan proses dimana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup lebih kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah. Cyril E. Black dalam “Dinamics of Modernization” berpendapat bahwa secara historis modernisasi adalah proses perkembangan lembaga-lembaga secara perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat dan menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal pengetahuan manusia. Dengan pengetahuan tersebut, akan memungkinkan manusia untuk menguasai lingkungannya dan melakukan revolusi ilmiah.
Daniel Lerner dalam “The Passing of Traditional Society: Modernizing the Middle East” menyatakan bahwa modernisasi merupakan suatu trend unilateral yang sekuler dalam mengarahkan cara-cara hidup dari tradisional menjadi partisipan. Marion Ievy dalam “Modernization and the Structure of Societies” juga menyatakan bahwa modernisasi adalah adanya penggunaan ukuran rasio sumberdaya kekuasaan, jika makin tinggi rasio tersebut, maka modernisasi akan semakin mungkin terjadi. Dari beberapa definisi tersebut, modernisasi dapat dipahami sebagai sebuah upaya tindakan menuju perbaikan dari kondisi sebelumnya. Selain upaya, modernisasi juga berarti proses yang memiliki tahapan dan waktu tertentu dan terukur.
Sebagaimana sebuah teori, modernisasi memiliki asumsi dasar yang menjadi pangkal hipotesisnya dalam menawarkan rekayasa pembangunan. Pertama, kemiskinan dipandang oleh modernisasi sebagai masalah internal dalam sebuah negara (Arief Budiman, 200:18).
Kemiskinan dan problem pembangunan yang ada lebih merupakan akibat dari keterbelakangan dan kebodohan internal yang berada dalam sebuah negara, bukan merupakan problem yang dibawa oleh faktor dari luar negara. Jika ada seorang warga yang miskin sehingga ia tidak mampu mencukupi kebutuhan gizinya, maka penyebab utama dari fakta tersebut adalah orang itu sendiri dan negara dimana orang tersebut berada, bukan disebabkan orang atau negara lain. Artinya, yang paling pantas dan layak melakukan penyelesaian masalah atas kasus tersebut adalah orang dan negara dimana orang itu berada, bukan negara lain.

BAB III
PEMBAHASAN
A.  Pengertian modernisasi
Secara etimologis modernisasi berasal dari kata modern, yang telahbaku menjadi bahasa indonesia dengan arti pembaruan  pendek kata, modernisasi juga bisa disebut pembaruan. Dalam masyarakat barat “modernisasi” mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha-usaha untuk merubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan lain sebagainya, agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang timbul oleh kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Modernisasi atau pembaruan bisa diartikan apa saja yang belum dipahami , diterima, atau dilaksanakan oleh penerima pembaruan, meskipun bukan hal baru bagi orang lain. Pembaruan biasanya dipergunakan sebagai proses perubahan untuk memperbaiki keadaan yang ada sebelumnya ke cara atau situasi dan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Dengan kata lain,  pembaruan sesungguhnya lebih merupakan upaya atau usaha perbaikan keadaan, baik dari segi cara, konsep, dan serangkai metode yang baik ditetapkan dalam rangka mengantarkan keadaan yang lebih baik.
Dalam bahasa Arab modernisasi diterjemahkan menjadi tajdid. Modernisasi atau pembaruan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas mental sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntunan hidup masa kini.

B.   Latar belakang dan pola pembaruan
Menurut Ibn Taimiyah, secara umum pembaruan dalam islam timbul karena: (1) membudayakan khurafat di kalangan kaum Muslimin, (2) kejumudan atau ditutupnya pintu ijtihad dianggap telah membodohkan umat islam, (3) terpecahnya persatuan umat islam sehingga sulit membangun dan maju, (4) kontak antar Barat dengan islam telah menyadarkan kaum Muslimin akan kemunduran.
Pola-pola pembaruan dalam islam, khususnya dalam pendidikan mengambil tempat sebagai: (1). Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern Barat, (2).gerakan
 pembaruan pendidkan islam yang berorientasi pada sumber islam yang murni, dan (3). Pembaruan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme.

C.   Masa pembaruan pendidikan islam.
Modernisasi yang mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham adat istiadat, institusi, dan sebagainya, agar dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan yang baru yang timbul oleh kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Modernisasi juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai tuntunan hidup masa kini.
Dengan demikian, jika kita kaitkan dengan pembaruan pendidikan islam dapat diartikan sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum , cara, metodologi, situasi dan pendidikan islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan profesional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.

D.          Periode  pendidikan islam di Indonesia
a.            Pendidikan islam di Indonesia (1899-1930)
Pendidikan islam di Indonesia sebelum tahun 1900 masih bersifat balaqab (nonklasikal). Secara ittifaq (kesepakatan) pesantren-pesantren yang klasikal dan masih eksis sampai sekarang lahir sekitar awal tahun 1900.
Semenjak islam masuk ke Indonesia tentunya interaksi orang Timur-Tengah dengat orang Indonesia, khususnya yang beragama islam, bertambah baik. Terbukti tokoh-tokoh umat islam Indonesia yang mendirikan pesantren banyak alumni-alumni dari Mekkah. Interaksi Indonesia dengan Makkah membawa warna baru dalam pendidikan Islam di  Indonesia. Misalnya pesantren Tebuireng Jombang di Jawa Timur didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari tahun 1899, sekolah-sekolah produk Muhammdiyah banyak dipengaruhi pendirinya K.H. Ahmad Dahlan, pesantren al-Mushtafawiyah Purba Baru Tapanulli Selatan yang didirikan oleh Syaikh Mustafa Husein tahun 1913 dan sebagainya.
Tampaknya lembaga-lembaga pendidikan islam yang klasikal sampai tahun 1930 hanya mengajarkan pelajaran agama, kecuali ada sebagian kecil yang mengajarkan pelajara umum, seperti pesantren Tebuireng di bawah pimpinan K.H.Ilyas (1929) memasukkan pelajaran-pelajaran berikut ini dalam kurikulum, yaitu: (1) membaca dan menulis huruf latin, (2) bahasa Indonesia, (3) ilmubumi dan sejarah Indonesia, (4) berhitung. 
Secara umum kurikulum lembaga pendidikan Islam sampai tahun 1930 meliputi ilmu-ilmu bahasa Arab dengan tata bahasanya, fiqih, akidah, akhlak, dan pendidikan. Pembaruan dari alumni-alumni Makkah itu datanggapi positif oleh umat Islam. Hal itu menurut penulis wajar, karena pola pendidikan sebelumnya pun masih dominansi pengaruh Timur-Tengah yang belum bersentuhan dengan pengetahuan umum. Pengaruhnya kepada masyarakat tentunya positif, yakni semakin banyak guru-guru yang representatif dalam mengajarkan agama, karena penguasaan bahasa Arab jauh lebih luas bagi mereka yang langsung belajar dari Makkah dan juga berkembang lembaga-lembaga pendidikan islam karena pengaruh diktrin ilmu yang harus diamalkan. Tentunya pendirian beberapa lembaga pendidikan islam tidak terlepas dari commercial oriented.

b.    Pendidikan islam di Indonesia  (1931-1945).

Mulai dari tahun 1931, lembaga pendidikan islam Indonesia memasuki warna baru yang oleh Mahmud Yunus disebut tahun di mana dimulainya modernisasi pendidikan islam di Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan sebelumnya baru berinteraksi dengan orang-orang Timur-Tengah baik yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Islam maupun orang-orang Indonesia untuk menuntut ilmu ke Makkah.
Normal islam (kuliah Mu’allimin Islamiyah) yang didirikan oleh Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI) di Padang tahun 1931 termasuk lembaga pendidikan modern yang banyak berpengaruh pada perkembangan pendidikan Islam “modern”  di Indonesia. Sesungguhnya lembaga pendidikan mulai tahun 1931 sudah banyak mengajarkan pengetahuan umum. Dan lembaga pendidikan islam yang pertama kali memasukkan pendidikan umum menjadi kurikulum sekolah adalah al-Jami’ah Islamiyah di Sungayang Batu Sangkar.
Selain pengetahuan umum sebagai pembaruan dalam periode ini, dalam beberapa hal juga ada pembaruan lainnya. Dalam bidang metodologi, misalnya, Mahmud Yunus sudah menerapkan tariqab al-mubasyirab dalam belajar bahasa Arab, dan metodologi pengajaran setiap bidang studi sangat variatif.
Adapun evaluasi sudah menjadi alat ukur keberhasilan siswa. Artinya pada masa ini, khususnya lembaga pendidikan islam yang mengikuti pola Mahmud Yunus, tingkatan atau kelas ditentukan oleh evaluasi bukan berdasarkan oleh tahun senioritas murid.
Hadirnya lembaga pendidikan islam modern, baik pesantren atau nonpesantren, telah mendapat respon yang berbeda. Kaum yang fanatik dengan tradisionalisme pesantren menuduh lembaga pendidikan modern ini sebagai lembaga pendidikan umum, sebab tidak mempelajari kitab-kitab kuning sebagai dasar ilmu. Adapun yang merespon positif melihat dari perspektif lowongan kerja. Mereka berpendapat pembaruan ini sebagai langkah maju dan relevan dengan tuntunan zaman.
Lebih lanjut, Imam Zarkasyi mengatakan, pengaruh pembaruan pada masa ini terhadap masyarakat, yakni wawasan keislaman umat islam semakin luas, pola pikir semakin rasional, alumni pesantern dapat melanjutkan pendidikan ke unversitas baik dalam maupun luar negeri.

E.   Lembaga pendidikan islam
1. Pesantren
a. Gambaran Umum pesantren Masa Awal
Pesantren atau pondok pesantren merupakan sebuah pondok pendidikan yang terdiri dari seorang guru-pemimpin umumnya seorang haji, yang disebut kyai dan kelompok murid laki-laki yang berjumlah tiga sampai ribuan orang yang disebut santri. Secara tradisional, sampai tingkat tertentu, para santri tinggal dalam pondok yang menyerupai asrama biara, mereka mengurusi diri sendiri mulai dari memasak hingga mencuci pakaian sendiri.
Bangunan pokok pesantren hampir keseluruhan, kecuali dewasa ini, terletak di luar kota, biasanya terdiri dari sebuah masjid, rumah kyai dan sederet pondokan santri. Pengajaran sendiri dilakukan tanpa paksaan, santri tidak dipaksa untuk menghadiri pengajian yang dilakukan kyai, karena santri dapat tetap di pondok asal dapat menafkahi dirinya sendiri. Karena itu tingkat penguasaan santri amat tergantung pada individu santri sendiri. Individu yang giat akan memperoleh hasil yang memuaskan, sebaliknya banyak pula santri yang tidak membawa bekal ilmu yang berarti.
Dengan demikian dalam system pondok tidak terdapat kelas atau penilian, karena santri dapat meninggalkan kapanpun mereka mau. Dengan demikian jalur keluar masuk orang dalam pondok pesantren sangat bebas, tidak ada ikatan, cukup dengan izin kyai yang mudah diperoleh jika memiliki reputasi baik. Bagi santri ingin menjelajahi berbagai pondok pesantren demi spesialisasi ke ilmuan yang dimiliki para kyai yang jelas dan berbeda. Seorang kyai mungkin ahli dalam fiqh, hadits, teologi, ataupun filsafat.
Walaupun ada indikasi yang menyamakan pesantren dengan biara, namun pesantren amat berbeda dengan biara karena tidak dihalangi bagi santri untuk menikah, status perkawinan apapun yang dimiliki seseorang tidak menghalanginya untuk pondok di pesantren.
Berdasarkan gambaran tersebut bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang amat terbuka, lembaga pendidikan agama yang dibuka siapa saja yang haus pengetahuan agama, tanpa ikatan yang ingin memperdalam ilmu agama. Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang sangat khas dan tidak terdapat diluar Indonesia.

b. asal usul Pesantren
Pesantren merupakan tradisi pengajaran agama Islam orisinil yang lahir dari tradisi Islam Indonesia sendiri yang khas. Pesantren bermula di tanah Jawa dan meluas hingga keluar jawa termasuk semanjung Malaka. Alasan pokok pendirian pesantren adalah untuk mentrasmisi Islam tradisional sebagaimana terdapat dalam Kitab-kitab klasik yang ditulis para ulama besar berabad-abad lalu. Kitab-kitab klasik tersebutlah yang dikenal dalam tradisi pesantren sebagai kitab kuning, yang mempersentasikan warna kertas kitab yang menguning.
Sejarah rinci awal mula pesantren, dalam kenyataannya tidak banyak diketahui karena minimnya informasi yang merinci kapan lembaga tersebut pertama kali mucul. Dalam berbagai babak walaupun pesantren di jelaskan seperti dalam Serat Centini, namun kurang akurat sebagai sumber karena tidak menyebutkan pesantren secara langsung. Lembaga pendidikan yang terdapat di sana hanya di namakan Paguron atau Padepokan.
Beberapa pakar justru melihat pesantren sebagai hasil adopsi dari system pendidikan kutab yang berkembang dalam tradisi Islam klasik, mulai dari dinasti Umayyah hingga selanjutnya. Di mana model pendidikan kutab yanag terdapat dalam tradisi Islam abad tengah, dalam tradisi Islam-Indonesia kemudian dipopulerkan dengan nama “ Pondok Pesantren “ yaitu lembaga pendidikan Islam di dalamnya terdapat seorang kyai ( pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri ( pelajar) melalui sarana masjid digunakan sebagai tempat penyelenggarakan pendidikan tersebut, dilengkapi pula dengan fasilitas pemondokan bagi para santri yang kebanyakan berasal dari luar daerah. Ciri-ciri awal pesantren adalah; 1) Adanya kyai sebagai pengajar, 2) adanya santri sebagi pelajar, 3) adanya masjid sebagai sarana pembelajaran, 4) adanya pemondokan santri.
Namun demikian, masih terdapat paradoks tentang asal usul pesantren. Pesantren dari segi bentuk, memang dapat dilihat sebagai lembaga tipikal Indonesia yang khas, yang berbeda dengan pendidikan tradisional Islam lainnya, namun pada sisi lain, tradisi kitab kuning yagn mewarnai pesantren jelas tidak berorientasi Indonesia tapi berorientasi Mekkah sebagai pusat Islam.
Perbandingan pendidikan Islam menurut sistim lama dengan pendidikan Islam pada masa perubahan.



Sistem lama
Masa perubahan
1. pelajaran ilmu-ilmu itu diajarkan satu demi Satu
2. Pelajaran ilmu sharaf didahulukan dari ilmu nahwu
3. Buku pelajaran yang mula-mula dikarang oleh ulama Indonesia serta terjemahkan dengan bahasa Melayu.
4. kitab-kitab itu umumnya tulis tangan
5. Pelajaran suatu ilmu, hanya dikerjarakan dalam satu macam kitab saja.
6. Toko kitab belum ada, hanya ada orang pandai menyalin kitab dengan tulisan tangan.
7. Ilmu agama sedikit sekali, karena sedikit bacaan.
8. Belum lahir aliran baru dalam Islam.
1. Pelajaran ilmu-ilmu itu dihimpun 2 sampai 6 ilmu sekaligus.
2. Pelajaran ilmu Nahwu di dahulukan / disamakan dengan ilmu sharaf.
3. Buku Pelajaran semuanya karangan ulama Islam dahulu kala dan dalam bahasa Arab.
4. kitab-kitab itu semuanya dicetak ( dicap).
5. Pelajaran suatu ilmu di ajarkan dalam beberapa macam kitab : rendah, menengah dan tinggi.
6. Toko kitab telah ada yang memesan kitab-kitab ke Mesir / Mekkah.
7. Ilmu agama telah luas berkembang, karena telah banyak kitab bacaan.
8. Mulai lahir aliran baru dalam Islam yang bawa oleh majalah Al-Manar di Mesir.

BAB IV
PENUTUP

·       Kesimpulan
     Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan ini antara lain :
1.      Sistem pendidikan islam di Indonesia dari tahun 1900 telah banyak yang bersifat klasikal.
2.      Modernisasi (berkembangnya kurikulum yang meliputi pengetahuan umum dan keunggulan metodologi untuk mencapai tujuan yang sama) pendidikan islam di Indonesia dimulai tahun 1931. Pada saat itu kelihatan pengaruh Darul Ulum (Mahmud Yunus) sangat besar
3.      Kurikulum pendidikan islam semenjak masuknya pengetahuan umum telah membawa hasil yang positif dalam lapangan kerja dan pemahaman kaum Muslimin Indonesia terhadap islam.
4.      Gerakan pembaruan yang menyebabkan lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat keagamaan tetapi dengan kondisi masyarakat pada saat itu menjelma menjadi kegiatan politik yang menuntut kemerdekaan indonesia dan hal tersebut dirasakan mendapat pengaruh yang signifikan dari pemikir-pemikir pada pembaru islam, baik ditingkat nasional maupun internasional.
5.      Lembaga pendidikan Islam baik itu Pesantren maupun Surau pada awal permulaan masih dilaksanakan dengan system tradisional tidak adanya klasikal setelah adanya serangan dari para reformis Muslim lambat laun menerima dengan respon yang baik dan masih ada sebagian lembaga pendidikan Islam yang masih tetap melaksanakan secara tradisional.

·       Saran
Demikianlah karya ilmiah yang dapat saya buat, sebagai manusia biasa kita menyadari dalam pembuatan karya ilmiah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini dan berikutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

DAFTAR PUSTAKA

Nata,Abuddin.M.A.(ED).2004.sejarah pendidikan islam.Jakarta:PT Rajagrafindo Persada
https://raninuraeni379.wordpress.com/kuliah/administrasi-publik/teori-modernisasi/
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-modernisasi-menurut-10-para-ahli/
http://faldzataruhiya.blogspot.co.id/2014/05/jinas-dalam-balaghoh.html

Popular Posts