Tuesday, December 29, 2015

7:05:00 PM


BIODATA
Nama                                   : Irma Suryati
Tempat Tanggal Lahir         : Semarang, 1 September 1975
Pendidikan                           : SMAN 1 Semarang
Suami                                  : Agus Priyanto

PENGHARGAAN
Ø  Wirausaha Muda Teladan 2007 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga,
Ø  Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen.
Ø  Pemuda Andalan Nusantara 2009 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Perempuan,
Ø  Penghargaan dari Jaiki Jepan Juara I Tokoh Sampoerna Pejuang 9 Bintang 2010 .
Ø  Anugerah Ummi Award 2010 - Dedikasi Ibu Indonesia. 
Ø  Diusulkan Bupati Kebumen Menerima Kalpataru 2011.
Ø  Perempuan Inspiratif  Nova 2015

Inilah Irma Suryati. Ia mengalami kelumpuhan sejak usia 4 tahun akibat polio. Kehidupannya menuju usia dewasa merupakan kisah panjang yang penuh perjuangan.

Pada Awalnya
Sejak bayi, Irma Suryati sudah menderita layu kaki. Penyebabnya adalah virus Polio. Meski masih bisa berjalan normal sampai sekolah menengah atas (SMA), kaki Irma mudah lemas.“Kalau disenggol, langsung jatuh,” ujar wanita kelahiran Semarang, 1 Januari 1975 ini.
Sejak saat itu, sang ayah menyuruh Irma menggunakan tongkat untuk berjalan hingga kini. Kondisi kaki itulah yang mendorong Irma melakukan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain.
Hidup dengan kondisi fisik yang tak sempurna memang cukup berat bagi para penyandan cacat. Apalagi diskriminasi bagi para penyandang cacat masih dirasakan di seluruh sektor baik pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Berbeda dengan orang normal, di semua sektor tersebut kepentingan para penyandang cacat selaku kelompok minoritas masih dinomor sekiankan. 
 Irma masih ingat harus menelan pil pahit saat ditolak oleh perusahaan saat melamar kerja, gara-gara dia berjalan menggunakan bantuan kruk. Tidak hanya itu, ketika memulai menjalankan usahanya dia justru diremehkan saat mengajak orang-orang bergabung. Mereka sanksi melihat kaki Irma yang cacat akibat virus polio tersebut. Namun cibiran dan dipandang sebelah mata justru menjadi cambuk untuk pembuktian bahwa orang dengan kebutuhan khusus juga bisa.
Dia berkisah, setelah tamat dari SMAN 1 Semarang, dia tidak melanjutkan kuliah. Tahun 1995 dia memberanikan diri menikah dengan Agus Priyanto yang asli Desa Karangsari, Kebumen. Pasangan tuna daksa itu bertemu saat mereka sama-sama menjalani terapi kaki yang lumpuh layu di Rumah Sakit Orthopedi Solo. Selain mendapatkan terapi, di tempat tersebut mereka juga dilatih membuat kerajinan sesuai minat masing-masing.
 
Pasangan difabel
"Kami kenal selama dua bulan dan sepakat untuk menikah dan hidup bersama," ungkap Agus Priyanto. Sebelum menjalankan usaha keset di Kebumen, sebenarnya Irma dan Agus telah memulai usaha di Kota Semarang. Dia menghimpun sesama penyandang cacat yang mengikuti pelatihan di Solo. Saat itu usahanya berkembang hingga mampu merekrut 50 penyandang cacat untuk menjadi perajin keset.
Bahkan pada tahun 2002 usahanya berada di puncak. Omset penjualan hasil kerajinan itu mencapai ratusan per bulannya. Lewat keset itulah dia mampu membeli rumah dan mobil. Tapi sayang, kebakaran hebat terjadi di Pasar Karangjati Semarang tahun 2005 membuat usaha mereka hancur tak tersisa.
"Akibat kabakaran itu, kami merugi sekitar Rp 800 juta. Dan saat itu kami tidak punya apa-apa lagi," kenang Agus atas tragedi yang mengembalikan keluarganya ke titik nol tersebut.
Hidup Baru Selanjutnya. Babak baru kehidupan Irma dilanjutkan di Kebumen, tempat kelahiran suaminya. Dia mencoba bangkit kembali dengan meminta dukungan Bupati Kebumen yang saat itu dijabat oleh Rustriningsih. Gayung bersambut, dengan bantuan Bupati yang sekarang menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah itu, telah berhasil dikumpulkan 300 penyandang cacat dan membentuk paguyuban, dan Irma Suryati terpilih sebagai ketuanya.
"Untuk bertemu Bupati juga butuh perjuangan. Saya berkali-kali ditolak oleh pegawai, karena dikira mau meminta sumbangan," kata Irma yang masih memajang poster Rustringsih yang dinilai berjasa bagi hidupnya.
Dia tidak pernah lupa bagaimana payahnya hijrah ke Jakarta 15 tahun lalu. Dia menjual keset yang dia buat kala itu. Sebagai pembuat keset, Irma yang tinggal di Kebumen rela bolak-balik Jakarta setiap dua minggu sekali untuk menjual barang tersebut.
Namun, seringkali keset itu tidak laku. "Segala macam proses saya lewati sampai saya terpaksa tidur di emperan Pasar Tanah Abang dengan buntelan dua karung keset. Saat itu lagi musim hujan dan banjir," ujar Irma.
Irma menceritakan kisahnya itu pada malam penghargaan Perempuan Inspiratif Nova 2015 di Jalan Raden Saleh, Jakarta, Sabtu (5/12/2015) malam. Irma mengaku tidur dengan beralaskan koran. Pada pagi hari, ketika dia bangun, kertas koran yang menjadi alas tidurnya menempel di pipi. Irma tidak menyangka bahwa koran itu justru menjadi gerbang peluangnya menuju sukses. "Di koran itu ada pengumuman lomba wirausaha dan saya ikuti. Pesertanya 10.000 orang dari seluruh Indonesia dan saya juara pertama," ujar Irma.
"Setelah saya mendapatkan penghargaan, satu per satu orang percaya dengan usaha yang saya jalankan," ujar Irma Suryati menceritakan awal perjalanannya mengelola usaha kerajinan dari limbah garmen.
Irma mengatakan, setelah itu hidupnya mulai berubah. Sebab, tidak ada lagi yang meragukan kemampuan penyandang disabilitas dalam membuat sesuatu. Kini, usaha keset Irma berkembang pesat hingga ekspor ke beberapa negara seperti Australia, Jerman, Jepang, dan Turki. Usaha keset Irma juga berbeda. Dia memberdayakan sekitar 3.000 penyandang disabilitas untuk bekerja membuat keset.
Selain itu, Irma juga membuat tiga buah toko kelontong bernama difabelmart. Seluruh pekerja di toko tersebut adalah penyandang disabilitas. "Saya ingin buktikan kepada masyarakat di sekitar saya bahwa penyandang cacat tidak selalu jadi beban negara tapi kami bisa jadi Aset," ujar Irma. Pada malam itu, Irma menerima penghargaan kategori Perempuan dan Wirausahawan.
Melihat pasar yang masih terbuka Irma memperbanyak tenaga kerja. Dia juga memberdayakan ibu-ibu rumah tangga, para waria, pekerja seks komersial (PSK), dan mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Selain pekerjaan sehari - hari, Irma tak jarang keliling Indonesia untuk menjadi instruktur pelatihan bagi penyandang cacat.
Secara ekonomi, barangkali keluarga Irma saat ini tidaklah kekurangan. Tapi masih ada satu cita-cita yang masih belum terwujud. "Saya ingin punya pabrik yang seluruh karyawannya para penyandang cacat," katanya seraya tak henti-henti mendorong para kaum difabel agar bisa hidup mandiri.
Melalui kreativitasnya, kain sisa industri garmen dibentuk menjadi aneka produk keset yang unik. Desain keset berbentuk bunga, karakter kartun, bentuk binatang seperti panda, kupu-kupu, dan katak, maupun elips adalah di antara hasil karyanya.
Irma memperlihatkan kasil karyanya
Keset biasa dijual di pasaran dengan harga Rp 3500. Sedangkan desain unik dijual antara Rp 25.000 hingga Rp 35.000," ujar Irma Suryati saat ditemui di rumahnya yang dijadikan sebagai pusat usaha kecil menengah penyandang cacat ini.
Sampai saat ini, lulusan SMA Negeri 1 Semarang itu memiliki sedikitnya 600 binaan baru perajin keset. Selain di Kebumen, mereka tersebar di Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, dan Purworejo. Sebanyak 150 orang di antaranya merupakan para penyandang cacat khususnya tuna daksa, sedangkan sisanya adalah orang normal. Pada awalnya, mereka diajari bagaimana cara membuat keset, kemudian setelah mandiri pihaknya memasok bahan baku.
"Saya ingin mengajak para penyandang cacat untuk hidup mandiri termasuk secara ekonomi, sehingga mereka bisa setara dengan orang normal," imbuh Irma yang juga memproduksi boneka dari kain limbah.
 Irma saat tampil di K!ck Andy Metro TV
Selain urusan usaha, Irma berusaha menjadi ibu yang baik bagi kelima anaknya. Dia bersyukur, kelima anaknya; Zika Kusuma (13), Hafiz Al Mukni (10), Eksa Mutiara Nabila (5), Nauli Wyadyaksa (2) dan Pandu Yuda (1) tumbuh normal. Bahkan si sulung saat ini duduk di kelas 2 di SMP Negeri 1 Buayan.


Raih Penghargaan
Irma dan penghargaan
Irma telah menerima banyak penghargaan, antara lain Wirausahawati Muda Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen (2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat juga penghargaan dari liputan 6 awards.
Semangat, kemandirian dan dedikasinya memberdayakan para penyandang cacat itu mengantarkan Irma terpilih menjadi Wirausaha Muda Teladan Tingkat Nasional tahun 2007 yang diberikan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tahun 2009 dia juga terpilih menjadi Pemuda Andalan Nusantara. Irma menjadi juara I Tokoh Sampoerna Pejuang 9 Bintang 2010 untuk kategori ekonomi kerakyatan. Di tahun yang sama ibu lima orang anak itu dianugrahi Ummi Award 2010 Dedikasi Ibu Indonesia.
Di atas perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan kaum difabel itu pantas kiranya Irma dijuluki sebagai Kartini dari Desa Karangsari. Tidak berlebihan pula apabila Bupati Kebumen, H Buyar Winarso SE mengusulkan Irma sebagai calon penerima penghargaan Lingkungan Hidup Nasional Kalpataru tahun 2011 untuk kategori perintis lingkungan. 
Dia dinilai berhasil mengolah limbah garmen menjadi aneka kerajinan tangan yang bernilai ekonomis. Berkat usahanya itu, dia mampu mengurangi pengangguran sekaligus mengurangi limbah sekitar 5 ton per bulan. Ya, meski kaki lumpuh, Irma telah terbang keliling sejumlah negara di dunia. Antara lain, dia pernah menjadi duta bangsa dalam lomba wirausaha muda tingkat dunia di Beijing, Cina. Tahun 2008 dia terbang ke Melbourne Autralia mewakili Indonesia dalam pameran kerajinan yang disponsori oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, saat itu dijabat Adhiyaksa Dault.

KESIMPULAN  :
Dari kisah yang telah kami paparkan, kesuksesan manusia bukan bersumber dari modal ataupun fisik yang normal saja tetapi keyakinan dan rasa semangat pantang menyerah juga harus kita miliki. Mental berani, tekun, bertanggung jawab, sabar, saling berbagi dengan sesama manusia itulah poin penting yang harus kita tanamkan dari diri kita.
Untuk menciptakan para pengusaha yang sukses dan unggul kita bisa belajar dari hikmah yang kita petik dari sorang penyandang cacat seperti Irma Suryati.
Ada beberapa tips yang kami utarakan buat teman – teman semoga bermanfaat bagi kehidupan kita didunia dan akhirat. Amin
Menciptakan peluang usaha kita harus pandai melihat potensi diri.
a.  Menghargai peluang dan waktu.
Banyak waktu yang kita habiskan dengan percuma tanpa kita sadari apa tujuan utama kerja kita.
b.  Mempergunakan modal sendiri.
Banyak orang meciptakan peluang usaha mempergunakan modal Bank atau jasa keuangan yang memiliki suku bunga yang tinggi sehingga keuntungan usaha dari yang kita rintis menyulitkan kita membayar bunga Bank dari keuntungan kecil  usaha yang baru kita rintis.
c.  Hemat
Disini pelaku bisnis banyak melakukan pemborosan uang seperti mempergunakan keuntungan usaha untuk keperluan pribadi, seperti shopping, beli mobil, smartphone yang tidak menunjang usaha kita yang masih kita rintis.
d.  Fokus
Banyak pengusaha lalai dan merasa puas diri setelah apa yg ia raih, sehingga membuat ia merasa nyaman dalam memajukan usahanya. Padahal banyak pesaing yang ingin mengalahkannya. Jadi untuk mensiasatinya kita harus lebih fokus untuk menjaga perkembangan usaha dari awal sampai pada tahap kesuksesan akhir.

Popular Posts