BIODATA
Nama :
Irma Suryati
Tempat
Tanggal Lahir : Semarang, 1
September 1975
Pendidikan : SMAN 1 Semarang
Suami :
Agus Priyanto
PENGHARGAAN
Ø Wirausaha Muda Teladan 2007 dari
Kementerian Pemuda dan Olahraga,
Ø Berprestasi 2008 dari Bupati
Kebumen.
Ø Pemuda Andalan Nusantara 2009 dari
Kementerian Pemuda dan Olahraga Perempuan,
Ø Penghargaan dari Jaiki Jepan Juara I
Tokoh Sampoerna Pejuang 9 Bintang 2010 .
Ø Anugerah Ummi Award 2010 - Dedikasi
Ibu Indonesia.
Ø Diusulkan Bupati Kebumen Menerima
Kalpataru 2011.
Ø Perempuan Inspiratif Nova 2015
Inilah Irma Suryati. Ia mengalami kelumpuhan sejak usia 4 tahun akibat polio.
Kehidupannya menuju usia dewasa merupakan kisah panjang yang penuh perjuangan.
Pada Awalnya
Sejak bayi,
Irma Suryati sudah menderita layu kaki. Penyebabnya adalah virus Polio. Meski
masih bisa berjalan normal sampai sekolah menengah atas (SMA), kaki Irma mudah
lemas.“Kalau disenggol, langsung jatuh,” ujar wanita kelahiran
Semarang, 1 Januari 1975 ini.
Sejak saat
itu, sang ayah menyuruh Irma menggunakan tongkat untuk berjalan hingga kini.
Kondisi kaki itulah yang mendorong Irma melakukan sesuatu yang berarti bagi
dirinya dan orang lain.
Hidup
dengan kondisi fisik yang tak sempurna memang cukup berat bagi para penyandan
cacat. Apalagi diskriminasi bagi para penyandang cacat masih dirasakan di
seluruh sektor baik pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, politik, maupun
budaya. Berbeda dengan orang normal, di semua sektor tersebut kepentingan para
penyandang cacat selaku kelompok minoritas masih dinomor sekiankan.
Irma
masih ingat harus menelan pil pahit saat ditolak oleh perusahaan saat melamar
kerja, gara-gara dia berjalan menggunakan bantuan kruk. Tidak hanya itu, ketika
memulai menjalankan usahanya dia justru diremehkan saat mengajak orang-orang
bergabung. Mereka sanksi melihat kaki Irma yang cacat akibat virus polio
tersebut. Namun cibiran dan dipandang sebelah mata justru menjadi cambuk untuk
pembuktian bahwa orang dengan kebutuhan khusus juga bisa.
Dia
berkisah, setelah tamat dari SMAN 1 Semarang, dia tidak melanjutkan kuliah.
Tahun 1995 dia memberanikan diri menikah dengan Agus Priyanto yang asli Desa
Karangsari, Kebumen. Pasangan tuna daksa itu bertemu saat mereka sama-sama
menjalani terapi kaki yang lumpuh layu di Rumah Sakit Orthopedi Solo. Selain
mendapatkan terapi, di tempat tersebut mereka juga dilatih membuat kerajinan
sesuai minat masing-masing.
Pasangan
difabel
"Kami
kenal selama dua bulan dan sepakat untuk menikah dan hidup bersama,"
ungkap Agus Priyanto. Sebelum menjalankan usaha keset di Kebumen, sebenarnya
Irma dan Agus telah memulai usaha di Kota Semarang. Dia menghimpun sesama
penyandang cacat yang mengikuti pelatihan di Solo. Saat itu usahanya berkembang
hingga mampu merekrut 50 penyandang cacat untuk menjadi perajin keset.
Bahkan
pada tahun 2002 usahanya berada di puncak. Omset penjualan hasil kerajinan itu
mencapai ratusan per bulannya. Lewat
keset itulah dia mampu membeli rumah dan mobil. Tapi sayang, kebakaran hebat
terjadi di Pasar Karangjati Semarang tahun 2005 membuat usaha mereka hancur tak
tersisa.
"Akibat
kabakaran itu, kami merugi sekitar Rp
800 juta. Dan saat itu kami tidak punya apa-apa lagi," kenang Agus
atas tragedi yang mengembalikan keluarganya ke titik nol tersebut.
Hidup
Baru Selanjutnya. Babak baru kehidupan Irma dilanjutkan di Kebumen, tempat
kelahiran suaminya. Dia mencoba bangkit kembali dengan meminta dukungan Bupati
Kebumen yang saat itu dijabat oleh Rustriningsih. Gayung bersambut, dengan
bantuan Bupati yang sekarang menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah itu, telah
berhasil dikumpulkan 300 penyandang cacat dan membentuk paguyuban, dan Irma
Suryati terpilih sebagai ketuanya.
"Untuk
bertemu Bupati juga butuh perjuangan. Saya berkali-kali ditolak oleh pegawai,
karena dikira mau meminta sumbangan," kata Irma yang masih memajang poster
Rustringsih yang dinilai berjasa bagi hidupnya.
Dia tidak pernah lupa
bagaimana payahnya hijrah ke Jakarta 15 tahun lalu. Dia menjual keset yang dia
buat kala itu. Sebagai pembuat keset, Irma yang tinggal di Kebumen rela
bolak-balik Jakarta setiap dua minggu sekali untuk menjual barang tersebut.
Namun, seringkali keset
itu tidak laku. "Segala macam proses saya lewati sampai saya terpaksa
tidur di emperan Pasar Tanah Abang dengan buntelan dua karung keset. Saat itu
lagi musim hujan dan banjir," ujar Irma.
Irma menceritakan kisahnya
itu pada malam penghargaan Perempuan Inspiratif Nova 2015 di Jalan Raden Saleh,
Jakarta, Sabtu (5/12/2015) malam. Irma mengaku tidur dengan beralaskan koran.
Pada pagi hari, ketika dia bangun, kertas koran yang menjadi alas tidurnya
menempel di pipi. Irma tidak menyangka bahwa koran itu justru menjadi gerbang
peluangnya menuju sukses. "Di koran itu ada pengumuman lomba wirausaha dan
saya ikuti. Pesertanya 10.000 orang dari seluruh Indonesia dan saya juara
pertama," ujar Irma.
"Setelah
saya mendapatkan penghargaan, satu per satu orang percaya dengan usaha yang
saya jalankan," ujar Irma Suryati menceritakan awal perjalanannya
mengelola usaha kerajinan dari limbah garmen.
Irma mengatakan, setelah
itu hidupnya mulai berubah. Sebab, tidak ada lagi yang meragukan kemampuan
penyandang disabilitas dalam membuat sesuatu. Kini, usaha keset Irma berkembang
pesat hingga ekspor ke beberapa negara seperti Australia, Jerman, Jepang, dan
Turki. Usaha keset Irma juga berbeda. Dia memberdayakan sekitar 3.000
penyandang disabilitas untuk bekerja membuat keset.
Selain itu, Irma juga
membuat tiga buah toko kelontong bernama difabelmart. Seluruh pekerja di toko
tersebut adalah penyandang disabilitas. "Saya ingin buktikan kepada
masyarakat di sekitar saya bahwa penyandang cacat tidak selalu jadi beban
negara tapi kami bisa jadi Aset," ujar Irma. Pada malam itu, Irma menerima
penghargaan kategori Perempuan dan Wirausahawan.
Melihat pasar yang masih
terbuka Irma memperbanyak tenaga kerja. Dia juga memberdayakan ibu-ibu rumah
tangga, para waria, pekerja seks komersial (PSK), dan mantan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI). Selain pekerjaan sehari - hari, Irma tak jarang keliling
Indonesia untuk menjadi instruktur pelatihan bagi penyandang cacat.
Secara ekonomi,
barangkali keluarga Irma saat ini tidaklah kekurangan. Tapi masih ada satu
cita-cita yang masih belum terwujud. "Saya ingin punya pabrik yang seluruh
karyawannya para penyandang cacat," katanya seraya tak henti-henti
mendorong para kaum difabel agar bisa hidup mandiri.
Melalui
kreativitasnya, kain sisa industri garmen dibentuk menjadi aneka produk keset
yang unik. Desain keset berbentuk bunga, karakter kartun, bentuk binatang
seperti panda, kupu-kupu, dan katak, maupun elips adalah di antara hasil
karyanya.
Irma memperlihatkan kasil karyanya
Keset
biasa dijual di pasaran dengan harga Rp 3500. Sedangkan desain unik dijual
antara Rp 25.000 hingga Rp 35.000," ujar Irma Suryati saat ditemui di
rumahnya yang dijadikan sebagai pusat usaha kecil menengah penyandang cacat ini.
Sampai
saat ini, lulusan SMA Negeri 1 Semarang itu memiliki sedikitnya 600 binaan baru
perajin keset. Selain di Kebumen, mereka tersebar di Kabupaten Banyumas,
Banjarnegara, dan Purworejo. Sebanyak 150 orang di antaranya merupakan para
penyandang cacat khususnya tuna daksa, sedangkan sisanya adalah orang normal.
Pada awalnya, mereka diajari bagaimana cara membuat keset, kemudian setelah
mandiri pihaknya memasok bahan baku.
"Saya
ingin mengajak para penyandang cacat untuk hidup mandiri termasuk secara ekonomi,
sehingga mereka bisa setara dengan orang normal," imbuh Irma yang juga
memproduksi boneka dari kain limbah.
Selain urusan usaha, Irma
berusaha menjadi ibu yang baik bagi kelima anaknya. Dia bersyukur, kelima
anaknya; Zika Kusuma (13), Hafiz Al Mukni (10), Eksa Mutiara Nabila (5), Nauli
Wyadyaksa (2) dan Pandu Yuda (1) tumbuh normal. Bahkan si sulung saat ini duduk
di kelas 2 di SMP Negeri 1 Buayan.
Raih Penghargaan
Irma
dan penghargaan
Irma telah
menerima banyak penghargaan, antara lain Wirausahawati Muda Teladan dari
Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati
Kebumen (2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat
juga penghargaan dari liputan 6 awards.
Semangat,
kemandirian dan dedikasinya memberdayakan para penyandang cacat itu
mengantarkan Irma terpilih menjadi Wirausaha Muda Teladan Tingkat Nasional
tahun 2007 yang diberikan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tahun 2009 dia
juga terpilih menjadi Pemuda Andalan Nusantara. Irma menjadi juara I Tokoh
Sampoerna Pejuang 9 Bintang 2010 untuk kategori ekonomi kerakyatan. Di tahun
yang sama ibu lima orang anak itu dianugrahi Ummi Award 2010 Dedikasi Ibu
Indonesia.
Di
atas perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan kaum difabel itu pantas kiranya
Irma dijuluki sebagai Kartini dari Desa Karangsari. Tidak berlebihan pula
apabila Bupati Kebumen, H Buyar Winarso SE mengusulkan Irma sebagai calon
penerima penghargaan Lingkungan Hidup Nasional Kalpataru tahun 2011 untuk
kategori perintis lingkungan.
Dia
dinilai berhasil mengolah limbah garmen menjadi aneka kerajinan tangan yang
bernilai ekonomis. Berkat usahanya itu, dia mampu mengurangi pengangguran sekaligus mengurangi limbah sekitar 5 ton per bulan. Ya,
meski kaki lumpuh, Irma telah terbang keliling sejumlah negara di dunia. Antara
lain, dia pernah menjadi duta bangsa dalam lomba wirausaha muda tingkat dunia
di Beijing, Cina. Tahun 2008 dia
terbang ke Melbourne Autralia
mewakili Indonesia dalam pameran kerajinan yang disponsori oleh Menteri Pemuda
dan Olahraga, saat itu dijabat Adhiyaksa Dault.
KESIMPULAN :
Dari
kisah yang telah kami paparkan, kesuksesan manusia bukan bersumber dari modal
ataupun fisik yang normal saja tetapi keyakinan dan rasa semangat pantang
menyerah juga harus kita miliki. Mental berani, tekun, bertanggung jawab, sabar,
saling berbagi dengan sesama manusia itulah poin penting yang harus kita
tanamkan dari diri kita.
Untuk
menciptakan para pengusaha yang sukses dan unggul kita bisa belajar dari hikmah
yang kita petik dari sorang penyandang cacat seperti Irma Suryati.
Ada
beberapa tips yang kami utarakan buat teman – teman semoga bermanfaat bagi
kehidupan kita didunia dan akhirat. Amin
Menciptakan
peluang usaha kita harus pandai melihat potensi diri.
a. Menghargai peluang dan waktu.
Banyak waktu yang kita habiskan dengan percuma tanpa kita
sadari apa tujuan utama kerja kita.
b. Mempergunakan modal sendiri.
Banyak orang meciptakan peluang usaha mempergunakan modal
Bank atau jasa keuangan yang memiliki suku bunga yang tinggi sehingga
keuntungan usaha dari yang kita rintis menyulitkan kita membayar bunga Bank
dari keuntungan kecil usaha yang baru
kita rintis.
c. Hemat
Disini pelaku bisnis banyak melakukan pemborosan uang
seperti mempergunakan keuntungan usaha untuk keperluan pribadi, seperti shopping,
beli mobil, smartphone yang tidak menunjang usaha kita yang masih kita rintis.
d. Fokus
Banyak pengusaha lalai dan merasa puas diri setelah apa yg
ia raih, sehingga membuat ia merasa nyaman dalam memajukan usahanya. Padahal
banyak pesaing yang ingin mengalahkannya. Jadi untuk mensiasatinya kita harus lebih
fokus untuk menjaga perkembangan usaha dari awal sampai pada tahap kesuksesan akhir.