BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang masalah
Menurut
ayat suci yang termaktub dalam Al_Qur’an dijelaskan bahwa anak lahir seperti
kertas putih, anak tersebut akan menjadi anak Majusi atau Yahudi, tergantung
oleh pendidikan yang diperoleh. Pendidikan untuk anak usia dini juga sangat
penting dalam pembentukan karakter pada anak. Menurut Islam pendidikan anak
dimulai sejak anak dalam kandungan. Contohnya seorang ibu disarankan banyak
membaca ayat suci, Al_Qur’an, dan dinasehatkan banyak berbuat
kebajikan. Pada waktu ibu mengandung dianjurkan bayi yang masih dalam kandungan
di dengarkan lagu-lagu yang Islami, hal itu akan mempengaruhi karakter anak
jika kelak ia dewasa nanti itu merupakan bukti, bayi dalam kandungan
terdidik dengan baik.
Pada
saat lahir, oleh ayahnya dikumandangkan suara adzan suara ini adalah
suara pertama kali yang dia dengar dan diharapkan kelak
dia dewasa anak tergerak jika mendengar adzan dan melaksanakan sholat.
Pada
usia dini merupakan masa-masa Golden Age, pada masa golden age berumur 0-6
tahun pada masa ini otak anak berkembang 80%. Pada masa ini pula anak-anak
mudah dibentuk oleh karena itu Anak perlu dibimbing dengan cara yang baik dan
sesuai dengan usianya, agar nantinya dia menjadi anak yang unggul
dalam agama maupun intelektualnya. Oleh Karena itu peran pendidik
dan orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Orang tua dan pendidik harus
melihat potensi anak yang dimilikinya dan orang tua maupun pendidik harus
membantu mengembangkan potensi yang dia miliki, dan jangan sampai orang tua
memaksa kehendak pada anaknya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana
menyiapkan suatu individu agar menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan
Ikhlas dari lubuk hatinya sendiri? · Bagaimana cara mendidik anak yang benar
yang sesuai dengan aturan dan syariat agama Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk
membentuk individu yang selalu beribadah dan menyembah Allah Subhanahu wa
Ta’ala. · Untuk memberikan pendidik anak atau orang tua cara mendidik anak yang
benar sesuai dengan syariat agama Islam.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Anak Usia
Dini Menurut Para Ahli
Dalam sejarah perkembangan anak usia
dini terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya mendasari pendidikan anak usia
dini hingga saat ini, secara ringkas filosofi para filsuf tersebut adalah
sebagai berikut:
1. John
Locke (1632-1704)
John locke terkenal dengan
teori “Tabula Rasa”. Teori ini berpendapat bahwa anak lahir dalam
keadaan seperti kertas putih sehingga lingkunganlah yang berpengaruh terhadap
pembentukan dirinya. Lingkunganlah yang mengisi kertas kosong tersebut yang
dinamakan pengalaman. Pengalaman-pengalaman anak akana berpengaruh terhadap
pembentukan karakter anak.
2. Jean
Jacques Rousseau (1712-1778)
Jean Jaques Rousseau adalah salah satu
filsuf yang mendasari teori maturisional yang beranggapan bahwa yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah berasal dari anak sendiri atau
berkembang secara alami. Pendidikan harus membiarkan anak tumbuh tanpa
intervensi dengan cara tidak membandingkan anak antara satu dengan yang
lainnya.
Dalam pemikirannya Rousseau beranggapan
bahwa anak lahir dalam keadaan baik, lingkunganlah yang membuat anak menjadi
jahat.
3. Friedrich
Froebel (1782-1852)
Menurut Froebel, sejak lahir dan
menjalani masa kanak-kanak, seseorang harus menjalani hidup sesuai perkembangannya.
Secara kodrati, seorang anak membawa sifat baik, sifat buruk anak muncul karena
pendidikan yang salah.
Froebel juga mengajurkan agar indera
anak dilatih dengan pengamatan, eksplorasi atau peragaan terhadap makhluk
hidup, melalui hal tersebut anak akan belajar, berpikira kemudian melakukan
atau yang biasa disebut learning by doing. Tahun 1831 Froebel
mendirikan Kindergarten. Konsep kindergarten Froebel sanagt terkenal dan
menjadi rujukan diberbagai Negara, bahkan di Indonesia konsep Froebel terkenal
pada masa sebelum kemerdekaan.
4. Maria
Montessori (1870-1952)
Maria Montessori adalah seorang dokter
bidang penyakit anak yang meyakini bahwa pendidikan dimulai sejak lahir. Bayi
yang masih kecil perlu dikenalkan dengan orang-orang dan suara-suara,
diajak bermain dan bercakap-cakap agar anak-anak dapat berkembang menjadi anak
yang normal dan bahagia.
Dasar pendidikan Montessori yaitu
penghargaan terhadap anak,absorbent mind (pemikiran yang cepat
menyerap), sensitive periods (masa peka), penataan lingkungan sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan anak, pendidikan diri sendiri (pedosentris),
masa peka, dan kebebasan”.
5. Ki
Hadjar Dewantara (1922-)
Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh
pendidikan Indonesia, dan karaena kegigihannya ia dinobatkan sebagai bapak
pendidikan Indonesia. Dewantara mendirikan Taman Indria untuk anak usia dini.
Pandangan Dewantara tentang pendidikan adalah ing ngarso sung tulodho, ing
madyo mangunkarso, tut wuri handayani.
Pendidikan di Taman Indria menggunakan
gabungan dari pendekatan Montessori dan Froebel, meskipun tidak sepenuhnya
karena Dewantara memasukkan pendidikan berdasarkan kepada budaya luhur bangsa
Indonesia terutama dalam pendidikan watak, kesusilaan dan agama. Berikut
prinsip-prinsip dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara menurut Masnipal:
- Taman siswa menggunakan dasar
pendidikan Froebel dan Montessori
- Ki Hajar Dewantara sangat setuju
terhadap konsep Montessori yakni anak belajar dengan bebas
- Permainan bagi anak-anak adalah
sangat penting, karena itu sesuai dengan dunia kanak-kanak yakni baki
dipandang dari secara psikologis, biologis maupun pedagogis.
- Permainan anak dan latihan panca
indera merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
- Belajar dengan menggunakan pikiran
belum tepat diberikan kepada anak usia dini, tetapi yang tepat adalah
pendidikan melaluipanca indera
- Menggunakan permainan tradisional
kepada anak sesuai dengan budaya bangsa, termasuk nyanyian, cerita dan
sandiwara yang berkembang di daerah itu.
- Malarang pembelajaran yang
bersifat intelektualisme seperti: membaca dan berhitung
- System pendidikan “among” melarang
perintah atau paksaan, tetapi menganjurkan kemerdekaan, toleransi,
kerelaan dan demokrasi.
- Anak perlu didekatkan dengan
kebudayaan asli bangsa Indonesia, seperti wayang, batik, dan kesenian daerah.
6. Howard
Gardner (1943-)
Gardner adalah tokoh yang terkenal
dengan pemikirannya tentang kecerdasan jamak, dalam pemikiran Gardner setiap
anak adalah cerdas, tugas guru adalah mengarahkannya agar anak menjadi cerdas.
Dimensi kecerdasan menurut Gardner antara lain: kecerdasan bahasa, kecerdasan
logika-matematika, kecerdasan music, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan
visual-spasial, intrapersonal, interpersonal, naturalis dan spiritual.
BAB III
PEMBAHASAN
Merujuk kepada
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa
pendidikan terdiri atas Pendidikan Anak Usia Dini,pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi,yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang
sistematik. Artinya, pendidikan harus dimulai dari usia dini, yaitu Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). Dengan demikian, PAUD diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar. Dalam penjelasan selanjutnya, PAUD dapat diselenggarakan
melalui jalur pedididkan formal, non formal, dan atau informal. PAUD pada jalur
pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), RaudhatulAthfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pedidikan
non formal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak
(TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan.
3.1
Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan
anak usia dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram
dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendiikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki
kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Ada dua tujuan diselenggarakannya
pedidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut :
1. Membentuk
anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal didalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2. Membantu
menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar( akademik ) di sekolah.
3.2 Prinsip-prinsip
dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Dalam
melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) terdapat
prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Mengutamakan
kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi
kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan
upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan,
baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan
sosio-emosional.
2. Belajar
melalui bermain atau bermain seraya belajar. Bermain merupakan sarana belajar
anak usia dini. Melalui permainan,anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan,
memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda disekitarnya.
3. Lingkungan
yang kondusif dan menentang. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa
sehingga menarik dan menyenangkan, sekaligus menentang dengan memperhatikan
keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui
bermain.
4. Menggunakan
pembelajaran terpadu dalam bermain. Pembelajaran anak usia dini harus
menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang
harus dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak, serta bersifat
kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep serta
mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna
bagi anak didik.
5. Mengembangkan
berbagai kecakapan atau keterampilan hidup (lifeskills). Mengembangkan
keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini
dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, dan
bertanggungjawab, serta memiliki disiplin diri.
6. Menggunakan
berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar. Media dan sumber
pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang
sengaja disiapkan oleh pendidik, guru, dan orang tua.
7. Dilaksanakan
secara bertahap dan berulang-ulang. Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya
dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan
anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan berulang kali.
3.3 Golden
Age Anak
Menurut
Dr. Damanhuri Rosadi, pengembangan manusia yang utuh dimulai sejak anak dalam
kandungan dan memasuki masa keemasan atau Golden Age pada usia 0-6tahun. Masa
keemasan ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, emosi, dan sosial
anak dimasa datang dengan memperhatikan dan menghargai keunikan setiap anak.
Pendidikan
merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut
undang-undang sisdiknas, pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut
UNESCO, pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to
know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Pada
hakikatnya, belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan
generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini.
Teori
lama yang merekomendasikan bahwa pendidikan baru dapat dimulai ketika anak
telah berusia tujuh tahun kini terbantahkan. Hasil penelitian mutakhir, dari
para ahli neurologi, psikologi, dan pedagogi menganjurkan pentingnya pendidikan
dilakukan sejak anak dilahirkan, bahkan sejak anak masih dalam kandungan
ibunya. Justru pada masa –masa awal inilah yang merupakan masa emas ( Golden
Age) perkembangan.
Hasil
penelitian menunjukun bahwa 50% kapabilitas kecerdasan manusia
terjadi pada tingkat kanak –kanak pada kurun waktu 4 tahun
pertama sejak kelahirannya. Oleh karena itu, penanganan anak dengan
stimulasi pendidikan pada masa-masa usia tersebut harus
optimal. Kemudian, 80% kecerdasan itu terjadi saat anak usia 8 tahun, dan titik
kulminasinya terjadi pada saat mereka berusia 18 tahun. Setelah melewati masa
perkembangan tersebut, maka berapapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh
masing-masing individu, tidak akan meningkat lagi. Hal ini sama dengan pendapat
Benjamin S.Bloom, professor pendidikan dari Universitas Chicago yang menemukan
fakta yang cukup mengejutkan :
·
Ternyata 50% dari semua potensi hidup
manusia terbentuk ketika kita berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun .
·
Lalu 30% potensi berikutnya terbentuk
pada usia 4-8 tahun.
Ini
berarti 80% potensi dasar manusia terbentuk dirumah,justru sebelum masuk
sekolah.akan seperti apa kemampuannya, nilai- nilai hidupnya, kebiasaanya,
kepribadiannya , akhlaknya, dan sikapnya, 80 % tergantung pada orang tua.Sadar
atau tidak.Baik “dibentuk” secara sengaja atau pun tidak sengaja.
Semua
aspek perkembangan kecerdasan anak,baik motorik kasar,motorik halus,kemampuan
non fisik ,maupun kemampuan spiritualnya dapat berkembang secara pesat apabila
memperoleh stimulasi lingkungan secara cukup. Perkembangan yang terjadi pada
masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.
3.4 Pandangan
Islam Tentang Anak Usia Dini
Sungguh
Alloh Subhanahu Wata’ala telah memberikan berbagai macam amanah dan tanggung
jawab kepada manusia. Diantara amanah dan tanggung jawab terbesar yang Alloh
Ta’ala bebankan kepada manusia, dalam hal ini orang tua (termasuk guru,
pengajar ataupun pengasuh) adalah memberikan pendidikan yang benar terhadap
anak. Yang demikian ini merupakan penerapan dari firman Alloh
Ta’ala:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang
yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka”
(QS. At-Tahrim:6).
Sahabat
yang mulia Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu ‘anhu menafsirkan ayat
diatas dengan mengatakan: “Didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak)
hal-hal kebaikan” (Tafsir Ath-Thobari, Al-Maktabah As-Syamilah)
Risalah
Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan
kepada anak usia dini, juntifikasi itu memberikan arti bahwa penyelenggaraan
pendidikan pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan perintah yang
didalamnya memiliki makna ibadah yang Agung. Inilah kesempurnaan sebuah ajaran,
dimana Islam mengajarkan tentang pentingnya proses pembentukan generasi muslim
dari sejak sedini mungkin untuk membangun pribadi-pribadi muslim yang kaffah
(sempurna).
Beberapa
landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya mendidik anak sejak usia
dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini:
قالَ
رَسُولُ الله ِصَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ مَامِنْ مَوْلُوْدٍ
إِلاَّيُوْلَدُعَلَى الْفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ
أَوْيُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى(
Artinya
: “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan
naluri), sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan
dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhori)
أَكْرِمُواأَوْلاَدَكُمْ،وَأَحْسِنُواأَدَبَهُمْ
Artinya
: “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang
baik.”
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ
أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا ( رواه البخارى(
Artinya : “ Paling
baiknya kamu sekalian adalah dari budi pekertinya. “ (H.R. Bukhori)
‘Amru bin ‘Atabah pernah memberikan
pegangan kepada para pengasuh anaknya dengan berkata :
لِيَكُنْ
أَوَّلُ إِصْلاَحِكَ لِوَلِدَى إِصْلاَحَكَ لِنَفْسِكَ فَإِنَّ عُيُوْنَهُمْ
مَعْقُوْدَةٌبِعَيْنِكَ,فَاالْحَسَنُ عِنْدَهُمْ مَاصَنَعْتَ وَالْقَبِيْحُ
عِنْدَهُمْ مَاتَرَكْتَ
Artinya
: “ Hendaklah tuntunan perbaikan yang pertama bagi anak-anakku, dimulai dari
perbaikan anda terhadap diri anda sendiri. Karena mata dan perhatian mereka
selalu terikat kepada anda.Mereka menganggap baik segala yang anda kerjakan,
dan mereka menganggap jelek segala yang anda jauhi.”
Oleh
karena itu sudah sepantasnya bagi orang tua untuk memperhatikan masalah
pendidikan anaknya dengan sebaiknya-baiknya.
Dari mana harus memulai?
Segala
sesuatu adalah berproses, demikian juga dalam hal mendidik anak. Berikut beberapa
tahapan dalam membina dan mendidik anak
1. Memilih istri (ibu bagi anak) yang
sholihah
Hal
ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seseorang (calon bapak) agar
anak-anaknya kelak menjadi anak-anak yang sholih.Karena seorang ibu adalah
sekolah pertama tempat anak-anak menimba ilmu dan belajar. Seorang ibu yang
sholihah tentu saja akan mengajarkan kebaikan dan amal sholih kepada
anak-anaknya.
Oleh
karena itu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
“Wanita dinikahi karena 4 hal: (yaitu) kekayaanya, kedudukanya, kecantikannya,
dan agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, niscaya engkau akan
beruntung”(HR. Bukhori Muslim).
Demikian
juga sebaliknya. Bagi seorang calon ibu, ia harus memilih pendamping sholih
yang kelak akan menjadi ayah dari anak-anaknya. Ayah adalah pemimpin dalam
keluarga yang akan mengarahkan kemana bahtera rumah tangga akan berlayar.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya : “Apabila datang
kepada kalian orang yang kalian ridhoi akhlak dan agamanya maka nikahkanlah ia,
jika tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang
luas” (HR At-Tirmidzi)
2. Membiasakan anak untuk mengerjakan
ibadah
Diantara
yang perlu ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk
mengerjakan sholat wajib. Yang demikian ini disebutkan dalam firman Alloh :
وَأْمُرْأَهْلَكَ
بِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَا
“perintahkan
keluargamu untuk mengerjakan sholat dan bersabar atasnya” (QS. Thoha:132).
Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “ajarkan sholat pada anak
anak disaat berumur 7 tahun” (HR. At-Tirmidzi).
Selain
itu pula hendaknya orang tua memotivasi anak-anak untuk mengerjakan ibadah yang
lain agar ketika mereka mencapai usia balig, mereka sudah terbiasa dengan
ibadah-ibadah tersebut.
3. Memberikan teladan yang baik
Teladan
yang baik merupakan hal terpenting dalam keberhasilan mendidik anak.Telah
diketahui bersama bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang
tuanya.Bila orang tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak
tersebut menjadi pribadi yang baik.Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang
tua memperhatikan dan tidak menyepelekan masalah ini, serta jangan pula apa
yang dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan. Alloh berfirman yang
artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang
tidak kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh ta’ala bila kalian
mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash –Shof : 2-
4. Menjauhkan mereka dari teman teman
yang buruk
Hendaknya
orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar memilih
teman-teman yang baik agama dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua
memberikan pengertian dan senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul
dengan orang-orang tak sholih.
Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya,
perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan
pandai besi; adapun penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah
atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi,
maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk” (HR
Bukhari dan Muslim)
5. Membentengi diri mereka dari hal
hal yang merusak akhlak mereka
Penyebab
banyaknya penyimpangan yang dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun
akhlak adalah apa yang mereka saksikan baik di media cetak maupun elektronik
berupa gambar-gambar atau tayangan-tayangan yang merusak agama mereka.
Solusinya adalah terus memantau aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan
bimbingan akan dampak negatif dari kemajuan teknologi. Yang demikian ini bukan
berarti melarang mereka untuk menggunakan sarana informasi dan komunikasi,
hanya merupakan pengarahan agar teknologi bisa termanfaatkan dengan baik.
6. Mengajarkan nilai-nilai luhur dalam
ajaran islam
Sudah
sepantasnya bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri
anak-anaknya, seperti pentingnya iman dan islam, kecintaan pada Alloh Ta’ala
dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam (yang nantinya
membuahkan ketaatan terhadap perintah-perintah dan meninggalkan
larangan-larangan), juga mengajarkan mereka adab-adab islam sehari-hari,(
seperti adab berpakaian, makan dan minum dsb), dzikir-dzikir dan doa-doa, cara
bertutur kata, bergaul dengan baik terhadap orang yang lebih tua dan sesama,
cinta akan kebersihan dan perilaku baik lainya.
7. Bersikap adil
Yaitu
bersikap kepada anak-anak, tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang
lainya dalam segala hal, baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran,
nafkah, hadiah dan lain sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara
mereka.
Rosululloh shollallohu
‘alaihi wasallam bersabda:
فَاتَّقُوااللَّهَ
وَاعْدِلُوابَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
“Bertaqwalah
kalian kepada Alloh, dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian” (HR.
Muslim)
8.
Mendoakan
kebaikan bagi mereka
Hendaknya
orang tua menyadari bahwa hidayah berada di tangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Alloh memberikan hidayah kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan
rahmat dan karunia-Nya, sedang orang tua hanya bisa mengajarkan, mengarahkan,
dan membimbing anak-anaknya. Oleh karena itu hendaknya memperbanyak berdoa
untuk kebaikan mereka.
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَاهَبْ لَنَامِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَاقُرَّةَأَعْيُنٍ
وَاجْعَلْنَالِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“
mereka berdoa: “ wahai Robb kami, berikanlah kami penyejuk hati dari
istri-istri dan anak-anak kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang
yang bertaqwa” (QS. Al-Furqon: 74).
Namun
sebaliknnya, jauhilah dari mendoakan kejelekan bagi mereka (seperti: mengutuk,
membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya)
Anak
adalah amanah dari Alloh, dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan amanah
dengan sebaik-baiknya.Semoga kita mampu menjaga dan menunaikan amanat yang
diberikan kepada kita.Wallohu Ta’ala A’lam.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari
materi yang kami bahas tentang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pandangan Islam
tentang Anak dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan
pendidikan awal, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Dalam
hal ini peran orang tua sangat penting, karena orang tua adalah pengenalan
pertama tentang pendidikan. Pada masa usia dini anak harus memenuhi aspek-aspek
perkembangan seperti moral, bahasa, kognitif, emosi, social, dan agama.
Setiap
anak memiliki perkembangan yang berbeda, karena cara pola asuh mereka tidak
sama. Ali bin Abi Tholib as, mengatakan “didik dan ajarilah mereka (istri dan
anak-anak) hal-hal kebaikan”. Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan
pentingnya pendidikan anak usia dini. Dalam hadist diterangkan bahwa “ Setiap
anak dilahirkan atas fitrah, sehingga lancar lidahnya, maka orang tuanya yang
menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
4.2 SARAN
Sebaiknya
dalam membina dan mendidik anak harus memperhatikan tahapan-tahapan seperti memilih
istri yang sholehah, membiasakn anak untuk mengerjakan sholat, memberikan
teladan yang baik, menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk, membentengi
diri mereka dari hal-hal yang merusak akhlak mereka, mengajarkan nilai-nilai
luhur dalam ajaran Islam, bersikap adil, mendo’akan kebaikan bagi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Maimunah.
2011. Pendidikian Anak Usia Dini. Yogyakarta: DIVA press
Mansyur.
2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://www.radioassunnah.com/2012/pendidikan-anak-dalam-pandangan-islam.html