BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang bergelut secara intens denan
pendidikan. Itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan
animal educandus secara sekalius, yaitu sebagai makhluk yang dididik dan
makhluk yang mendidik. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yan senantiasa
terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan baik yang dilakukan
terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia, karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan.
Meskipun
pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat,
namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan
penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut. Dengandemikian selain bersifat
universal, pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai
penyelenggaraan pendidikan bangsa tersebut.
Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik
yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda
agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks sosio budaya.
Oleh karena itu, setiap masyarakat pluralistic di zaman modern senantiasa
menyiapkan warganya yang terpilih sebagai pendidik bagi kepentingan kelanjutan
(regenerasi) dari masing-masing masyarakat yang
bersangkutan. Beragam permasalahan dalam pendidikan dalam pendidikan
apabila tidak dapat dihilangkan sama sekali, paling tidak hal itu perlu
diperkecil, sehingga persoalan-persoalan yang muncul tidak menggangu
tercapainya tujuan pendidikan umumnya, atau tujuan pembelajaran khususnya.
Menurut Sukardjo (2009:3) salah satu cara untuk dapat menghilangkan atau
memperkecil permasalahan yang timbul adalah dengan berpijak pada teori-teori
pendidikan. Dengan demikian, penguasaan atas dasar-dasar pendidikan diharapkan
menjadi cakrawala yang memberikan bekal bagi pelaku pendidikan dalam rangka
memperkecil persoalan pendidikan dan memecahkan beragam permasalahan pendidikan
pada umumnya, dan pembelajaran pada khususnya
Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1
ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di dalam pendidikan
termuat usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan penuh perencanaan
yang bertujuan untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada peserta didik.
Kegiatan pendidikan meliputi beberapa komponen. Komponen-komponen ini
tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan harus berjalan seiring guna mencapai
tujuan pendidikan. Namun, sebelum memahami beberapa komponen penting ini, kita
harus menggali lebih dalam tentang teori-teori dan konsep-konsep
pendidikan itu sendiri.
1.2
Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang
masalah di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Apa saja teori-teori yang dapat diterapkan dalam pendidikan ?
2. Bagaimana konsep pendidikan yang ada di masyarakat ?
3. Apa peranan pendidikan dalam kehidupan masyarakat ?
1.3
Pembatasan Masalah
Melihat masih begitu luasnya
permasalahan yang diidentifikasi, maka pembahasan makalah ini dibatasi tentang
teori dan konsep pendidikan yang dalam hal ini penerapannya dicontohkan pada
sebuah sekolah.
1.4
Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah
dari uraian di atas “Apa saja teori dan konsep pendidikan yang dapat diterapkan
di sebuah sekolah ?”
1.5
Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk
:
1.
Untuk
memahami teori-teori dan konsep pendidikan yang ada
2.
Untuk
menambah wawasan mengenai konsep pendidikan yang merupakan aplikasi dari
teori-teori pendidikan
3.
Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Hakikat Pendidikan
Definisi pendidikan telah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan.
Berikut definisi-definisi pendidikan yang penulis
kumpulkan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1995:232) diyatakan bahwa pendidikan ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jadi,
pendidikan merupakan sebuah proses, yakni proses perubahan perilaku baik
individu ataupun sekelompok orang, dengan tujuan untuk membuat
individu-individu tersebut dewasa. Maksud dewasa di sini adalah bahwa individu
itu mencapai kematangan dalam pikiran dan pandangan. Dalam pengertian ini juga
terkandung upaya atau usaha yang dilakukan dalam kegiatan pendidikan, yakni
melalui pengajaran dan latihan.
Sejalan dengan definisi di atas, Sukmadinata (2004:1) juga mengemukan
pendidikan sebagai upaya-upaya, yakni upaya mencerdaskan bangsa, menanamkan
nilai-nilai moral dan agama, membina kepribadian, mengajarkan pengetahuan,
melatih kecakapan, ketrampilan, memberikan bimbingan, arahan, tuntunan,
teladan, dan lain-lain.
Pendidikan sebagai proses dikemukakan oleh H. Horn, bahwa pendidikan
merupakan proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi
bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas
dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual,
emosional dan kemanusiaan dari manusia.
2.2
Hakekat Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil
yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dan bertujuan
untuk menjelaskan fenomena alamiah. Teori terdiri dari 3 elemen,
yaitu concept (konsep), scope (lingkup),
dan relationship (hubungan). Sebuah teori harus memiliki
konsep-konsep dengan lingkup tertentu dan saling berhubungan
Pengertian teori juga dikemukakan oleh Kerlinger, yakni: a set of interrelated constructs (concepts), definitions, and
propositions that present a systematic view of phenomena by specifying
relations among variables, with the purpose of explaining and predicting the
phenomena (teori adalah
seperangkat konstruksi {konsep}, definisi, dan preposisi yang yang
saling berhubungan yang menghadirkan suatu fenomena yang sistematis dengan
memerincikan hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena tersebut). Dengan demikian, sebuah teori terdiri atas
konsep, definisi, dan proposisi yang saling berhubungan, sehingga dapat
menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena dengan memerinci terlebih dahulu
hubungan antara konsep, definisi, dan preposisi tadi
Definisi teori Kerlinger di atas juga dikemukan oleh Soetriono dan Hanafie
(2007:142-143) yang menyatakan bahwa teori bukanlah suatu spekulasi melainkan
suatu konstruksi yang jelas yang dibangun atas jalinan fakta-fakta secara
keseluruhan. Fakta mempunyai peranan dalam teori, yakni: (a) memulai teori; (b)
menolak dan mereformasi teori yang telah ada; serta (c) mendefinisikan kembali
atau memperjelas definisi-definisi yang ada. Dalam pengembangan ilmu, teori
memiliki peranan sebagai berikut.
1.
Teori sebagai orientasi,
yakni memfokuskan cakupan fakta-fakta mana saja yang diperlukan.
2.
Teori sebagai konseptual
dan klasifikasi, yakni dapat memberikan petunjuk kejelasan hubungan antarkonsep
atas dasar klasifikasi tertentu.
3.
Teori sebagai
generalisasi, yakni memberikan rangkuman terhadap generalisasi empirik dari
berbagai proposisi.
4.
Teori sebagai peramal
fakta, yakni membuat prediksi-prediksi tentang adanya fakta dengan cara membuat
ektrapolasi (ramalan) dari yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui.
5.
Teori menunjukkan adanya
kesenjangan dalam pengetahuan kita, sehingga memberi kesempatan kepada kita
untuk melengkapi, menjelaskan, dan mempertajamnya.
Mudyahardjo (2001:91) mengartikan sebuah teori dalam sosok teori yang
terdiri dari bentuk dan isi. Dilihat dari bentuknya, teori merupakan sistem
konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan meramalkan (prediktif). Hal ini
sejalan dengan definisi teori yang dikemukan sebelumnya. Dilihat dari isinya,
sebuah teori berisi konsep-konsep yang berfungsi sebagai asumsi (dasar/titik
tolak pemikiran sebuah teori)dan definisi (konotatif atau
denotatif, yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam
menyusun teori).
Dari definisi-definisi di atas, dapat penulis simpulakan bahwa teori adalah
beberapa atau kumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain dan
berfungsi untuk menerangkan dan meramalkan suatu fenomena (gejala atau
kejadian).
2.3
Teori Pendidikan
Menurut N.R. Campbell (dalam Sudjana, 1989:7), teori adalah perangkat
proposisi (pernyataan ilmiah) yang terintegrasi secara sintaksis dan berfungsi
sebagai alat untuk menjelaskan, membedakan, meramalkan dan mengontrol fenomena
yang dapat diamati. Kemudian Snelbecker (dalam Miarso, 2011:103) mengemukakan
bahwa teori adalah segala aspek ilmuan tidak semata-mata bersifat empirik, dan
yang sangat khusus adalah ringkasan pernyataan yang melukiskan dan menata
sejumlah pengamatan empirik.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, teori adalah pernyataan ilmiah yang
berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan, membedakan, meramalkan, melukiskan
dan menata sejumlah fenomena melalui pengamatan yang terintegrasi secara
sintaksis.
Dalam pendidikan terdapat klasifikasi teori pendidikan yang akan dijabarkan
lebih luas lagi sehingga menambah referensi mengenai teori-teori pendidikan.
a. Behaviorisme
Menurut Sukardjo (2009:33) Behaviorisme adalah posisi filosofis yang
mengatakan bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan
perhatiannya pada sesuatu yang bisa diteliti lingkungan dan perilaku-dari pada
fokus pada apa yang tersedia dalam individu-persepsi-persepsi, pikiran-pikiran,
berbagai citra, perasaan-perasaan, dan sebagainya. Kemudian Sukardjo (2009:33)
melanjutkan bahwa kerangka kerja (frame work) dari teori pendidikan
Behaviorisme adalah Empirisme. Asumsi filosofis dari Behaviorisme adalah nature
of human being (manusia tumbuh secara alami).
Aliran Behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat
diamati. Oleh karena itu, aliran itu, aliran ini berusaha mencoba menerangkan
dalam pembelajaran bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah
laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah
kalau ada stimulus dan respons. Dalam aliran behavior, faktor lain
yang penting adalah reinforcement (penguatan), yaitu penguatan yang dapat
memperkuat respons. Tokoh aliran Behaviorisme antara lain (1) Pavlov; (2)
Watson; (3) Skinner; (4) Hull; (5) Guthrie; (6) Thorndike.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa apabila terkurung binatang itu sering
melakukan bermacam-macam kelakuan, seperti menggaruk-garuk, mengigit, mencakar,
dan menggosok-gosokkan badannya ke sisi-sisi kotak. Cepat atau lambat binatang
itu akan tersandung palang dan lepaslah ia ke tempat makanan. Kalau pengurungan
itu berkali-kali, maka tingkah laku yang tidak ada hubunganna dengan lepas dari
kurungan berkurang. Tentu saja waktu yang diperlukan untuk lepas menjadi lebih
pendek.
Dalam penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa respons lepas dari
kurungan itu lambat laun diasosiasikan dengan situasi dalam belajar melalui
coba-coba, by trial and error. Respons benar lambat laun tertanam atau
diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang. Respons yang tidak benar diperlemah.
Gejala ini disebut substitution response atau dikenal dengan teori mental
conditioning karena pemilihan suatu respons itu merupakan alat atau instrument
untuk memperoleh ganjaran.
Thorndike (dalam Uno, 2006:7) proses interaksi antara stimulus antara stimulus
(yang mungkin berupa pikiran, perasaan, gerakan) dan respons (yang juga bisa
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Berdasarkan hal tersebut, perubahan
tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau yang
nonkonkret (tidak dapat diamati). Sukardjo (2009:47) menyatakan terkait
dengan belajar, Thorndike menyampaikan tiga hukum belajar yang utama dan itu
diturunkan dari hasil penelitiannya. Ketiga hukum tersebut adalah hukum efek,
hukum latihan, dan hukum kesiapan.
Menurut Sukardjo (2009:48) yang terpenting bagi pendidikan ialah penelitian
Thorndike mengenai pengaruh jenis kegiatan belajar tertentu pada belajar
berikutnya. Pertama, serangkaian studi yang dilakukan oleh Thorndike dan
Woodwoorth (1901) menemukan bahwa berlatih dalam tugas tertentu memudahkan
belajar di waktu kemudian hana untuk tugas yang serupa, tidak untuk tugas yang
tidak serupa. Hubungan ini dikenal sebagai alih latihan, transfer of training.
Kedua, Thorndike (1924) menyelidiki konsep disiplin mental yang popular
yang mula-mula diuraikan oleh Plato. Menurut paham penganjur disiplin mental,
mempelajari kurikulum tertentu, terutama matematika dan bahasa-bahasa klasik
dapat meningkatkan fungsi intelek. Thorndike menguji konsep itu dengan cara
membandingkan hasil belajar siswa-siswa sekolah menengah. Setelah mengikuti
pelajaran dalam kurikulum klasik dan kurikulum vokasional ia menemukan bahwa
ada perbedaan yang berarti dari keduanya. Dalam tahun-tahun berikutnya,
penelitian Thorndike ini disebut sebagai pembawa pengaruh yang penting dalam
mengalihkan pandangan pada perancang kurikulum konsep disiplin mental dan
mengarahkan pelaksanaan penyusunan kurikulum ke tujuan, keguruan masyarakat.
b. Kognitivisme
Menurut Sukardjo (2009:50) Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori
pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi
filosofis, yaitu the way in which we learn. Pengetahuan seseorang diperoleh
berdasarkan pemikiran. Inilah yang disebut dengan filosofi Rasionalism. Menurut
aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan
peristiwa/kejadian yang terjadi dalam lingkungan.
Kemudian Sukardjo (2009:50) Teori kognitivisme berusaha menjelaskan dalam
belajar bagaimana orang-orang berpikir. Menurut Uno (2006:10) teori ini menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Aliran ini menjelaskan
bagaimana belajar terjadi dan menjelaskan secara alami kegiatan mental internal
dalam diri kira. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Tokoh aliran kognitivisme
adalah Piaget, Bruner, dan Ausebel.
c. Konstruktivisime
Menurut Von Glasersfeld (dalam Sukardjo, 2009:54) pengertian konstruktif
kognitif muncul pada abad ke-20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas
diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri lebih
jauh, gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambastissta
Vico, seorang epistomolog dari italia (Suparno dalam Sukardjo, 2009:54).
Pada tahun 1710, Vico mengungkapkan filsafatnya denggan berkata,
Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Terkait dengan hal itu, dia menjelaskan bahwa mengetahui bermakna berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Ini berarti bahwa seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang dapat membangun sesuatu itu. Menurut Vico, pengetahuan tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari pengamat yang berlaku.
Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Terkait dengan hal itu, dia menjelaskan bahwa mengetahui bermakna berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Ini berarti bahwa seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang dapat membangun sesuatu itu. Menurut Vico, pengetahuan tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari pengamat yang berlaku.
Sukardjo (2009:55) menyatakan bahwa kaitannya dengan pembelajaran, menurut
teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan
adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Kemudian Sukardjo melanjutkan bahwa
konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses
pembelajaran yang mengondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun
konsep baru, pengertian baru, dan pengetauan baru berdasarkan data. Oleh karena
itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga
mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamanna sendiri menjadi pengetahuan
yang bermakna. Jadi dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peran siswa
untuk dapat membangun constructive habits of mind. Agar siswa memiliki
kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.
d. Teori Belajar Humanistik
Menurut Sukardjo (2009:56) Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki
tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. Menurut Uno (2006:14) proses belajar
harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses dalam belajar dalam bentuknya yang
paling ideal yaitu memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri). Oleh
karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, si pembelajar
dalam proses belajarnya harus berusaha berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Kemudian Sukardjo (2009:56) menjelaskan bahwa menuru aliran
humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan
merencanakan pendidikan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini.
Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami
untuk berkembang, untuk menajdi lebih baik, dan juga belajar. Secara singkat
Sukardjo (2009:57) menyimpulkan bahwa pendekatan humanistik dalam pendidikan
menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi
manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Dalam teori humanistik, belajar dianggap
berhasil jika pembelajar memahami lingkungannya, dan dirinya sendiri. Terdapat
beberapa tokoh teori belajar Humanistik yaitu sebagai berikut.
2.4
Teori Pendidikan dan
Konsep Pendidikan
1. Teori Pendidikan
Teori pendidikan dapat dilihat dari 3 segi yaitu bentuk, isi, dan asumsi
pokok (Mudyahardjo, 2001:91-92). Dari segi bentuk, teori pendidikan adalah
sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan prediktif tentang
peristiwa-peristiwa pendidikan. Isi sebuah teori pendidikan adalah sebuah
sistem konsep-konsep tentang peristiwa pendidikan. Konsep ini ada yang berperan
sebagai asumsi atau titik tolak pendidikan dan ada yang berperan sebagai
definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Sedang, asumsi pokok pendidikan
meliputi:
a) pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula
dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan
belajarnya;
b) pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju
pada mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dam
c) pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan,
artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi
aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang
diharapkan.
Klasifikasi Teori
Pendidikan
Mudyahardjo (2001:100-110) mengklafikasikan teori pendidikan menjadi teori
umum pendidikan dan teori khusus pendidikan. Berikut penjelasan kedua teori
tersebut.
1) Teori Umum Pendidikan
a) Teori Umum Pendidikan Preskriptif
Adalah seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan
yang bertujuan menerangkan bagaimana sebaiknya peristiwa-peristiwa pendidikan
diselenggarakan. Teori yang termasuk kelompok ini adalah Filsafat Pendidikan.
b) Teori Umum Pendidikan Deskriptif
Adalah seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan
yang bertujuan menerangkan bagaimana peristiwa-peristiwa pendidikan telah dan
sedang terjadi dalam masyarakat. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok
ini yaitu:
a. Pendidikan luar negeri atau pendidikan internasional
b. Pendidikan perbandingan atau pendidikan komparatif
c. Pendidikan historis atau sejarah pendidikan
2) Teori
Khusus Pendidikan
a) Teori
Khusus Pendidikan Preskriptif
adalah seperangkat
konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan yang bertujuan menjelaskan
bagaimana seharusnya sesuatu kegiatan pendidikan dilakukan. Teori yang termasuk
kelompok ini adalah Teknologi Pendidikan.
b) Teori
Khusus Pendidikan Preskriptif
adalah seperangkat
konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan yang bertujuan menjelaskan
bagaimana peristiwa-peistiwa pendidikan telah, sedang, dan diperkirakan terjadi
di masyarakat. Teori yang termasuk kelompok ini adalah ilmu-ilmu pendidikan,
antara lain:
1)
Pedagogik: studi ilmiah
tentang situasi pendidikan meliputi komponen pendidikan, yakni: tujuan
pendidikan, peserta didik, pendidik, metode pendidikan, isi pendidikan,
lingkungan pendidikan, dan sarana prasarana pendidikan
2)
Orthopedagogik: studi
ilmiah tentang situasi pendidikan untuk anak dan remaja yang berkebutuhan
khusus, yakni menyandang kelainan fisik, mental, dan atau perilaku.
3)
Psikologi Pendidikan:
studi ilmiah tentang aspek individu dalam pendidikan.
4)
Sosiologi Pendidikan:
studi ilmiah tentang aspek sosial dalam pendidikan.
5)
Ilmu Pendidikan
Demografis/Kependudukan: studi ilmiah tentang aspek demografis dalam pendidikan
atau hubungan penduduk manusia dengan lingkungan.
6)
Andragogi: studi ilmiah
tentang membantu orang dewasa dalam belajar.
7)
Antropologi Pendidikan
dan Etnografi Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek budaya dalam pendidikan.
8)
Ekonomika Pendidikan:
studi ilmiah tentang aspek ekonomi dalam pendidikan
9)
Politika Pendidikan:
studi ilmiah tentang aspek politik atau kebijaksanaan dalam pendidikan.
10)
Ilmu Administrasi
Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek cara mengatur penyelenggaraan
pendidikan.
2.5 Konsep
Pendidikan
Mudyahardjo (2001:3-16) membagi definisi pendidikan menjadi 3, yaitu
definisi luas, sempit, dan luas terbatas. Hal tersebut dapat dijelaskan sabagai
berikut.
1. Definisi
Luas
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Karakteristik konsep
ini, yaitu: (a) masa pendidikan seumur hidup selama ada pengaruh lingkungan;
(b) lingkungan pendidikan dapat diciptakan maupun ada dengan sendirinya; (c)
kegiatan dapat berbentuk tak sengaja ataupun yang terprogram; (d) tujuan
pendidikan tidak ditentukan dari luar, tapi terkandung dalam tiap pengalaman
belajar, tidak terbatas, dan sama dengan tujuan hidup; (e) didukung oleh kaum
humanis romantik dan kaum pragmatik.
2. Definisi
Sempit
Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pembelajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Karakteristik
konsep ini, yaitu: (a) masa pendidikan terbatas; (b) lingkungan pendidikan
diciptakan khusus; (c) isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk
kurikulum, kegiatan pendidikan berorientasi kepada guru, dan kegiatan
terjadwal; (d) tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar, terbatas pada
pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu, bertujuan untuk mempersiapkan hidup;
(e) didukung oleh kaum behavioris.
3. Definisi
Luas Terbatas
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tepat di masa yang akan datang. Karakteristik konsep ini, yaitu: (a)
masa pendidikan berlangsung seumur hidup yang kegiatannya tidak berlangsung
sembarang, tapi pada saat tertentu; (b) berlangsung dalam sebagian lingkungan
hidup {lingkungan hidup kultural}; (c) berbentuk pendidikan formal, informal,
dan nonformal; (d) tujuan pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup yang
bersifat menunjang terhadap pencapaian tujuan hidup; (e) didukung oleh kaum
humanis realistik dan realisme kritis.
Menurut Miarso (2004:9-10), ada beberapa konsepsi dasar pendidikan, yakni:
1.
Pendidikan pada
hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak didik yang berakibat
terjadinya perubahan pada diri pribadinya.
2.
Pendidikan adalah proses
yang berlangsung seumur hidup.
3.
Pendidikan dapat
berlangsung kapan dan dimana saja, yaitu pada saat dan tempat yang sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan anak didik.
4.
Pendidikan dapat
berlangsung secara mandiri dan dapat berlangsung secara efektif dengan
dilakukannya pengawasan dan penilikan berkala.
5.
Pendidikan dapat
berlangsung secara efektif baik di dalam kelompok yang homogen, kelompok yang
heterogen, maupun perseorangan.
6.
Belajar dapat diperoleh
dari siapa dan apa saja, baik yang sengaja dirancang maupun yang diambil
manfaatnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pendidikan
Pendidikan biasanya berawal pada saat
seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan biasa saja
berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan
memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan
bias (mengajar) bayi mereka sebelum di lahirkan. Banyak orang lain, pengalaman,
pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti dari pendidikan formal. Seperti
kata Mark Twain, “Saya tidak pernah membiarkan sekolah menggangu pendidikan
saya”. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering
sekali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota
keluarga berjalan secara tidak resmi.
Ada dua faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu ;
Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen
Pendidikan Nasioanal, Dinas Pendidikan Daerah, dan juga sekolah yang berada di
garis depan.
Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya
Di sekolah tempat penulis bertugas yaitu SMK Bina Bangsa
Ciledug merupakan kelompok Bisnis dan Manajemen yang terdiri dari program studi
Akuntansi, Administrasi Perkantoran dan Pemasaran ditambah dengan program studi
Multimedia yang termasuk kelompok Teknik dan Informasi Komputer mencoba
menerapkan Konsep pendidikan sebagaimana beberapa para ahli telah kemukakan.
Pada tahun ajaran 2013 / 2014 SMK Bina Bangsa menjadi
salah satu sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
SMK Bina Bangsa memiliki visi dan misi pendidikan sebagai
berikut :
1.
Meningkatkan
kualitas organisasi dan manajemen sekolah dalam menumbuhkan semangat keunggulan
kompetitif.
2.
Meningkatkan
kualitas KBM dalam mencapai kompetensi siswa berstandar nasional/international.
3.
Meningkatkan
kualitas kompetensi guru dan pegawai dalam mewujudkan standar pelayanan
minimal.
4.
Meningkatkan
kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dalam mendukung
penguasaan IPTEK.
5.
Meningkatkan
kualitas SDM dan kualitas pembinaan siswa dalam mewujudkan IMTAQ dan sikap
kemandirian
6.
Meningkatkan
kemitraan dengan DU/DI sesuai prinsip DEMAND DRIVEN.
7.
Meningkatkan
kualitas pengelolaan unit produksi dalam menunjang kualitas SDM.
8.
Memberdayakan
lingkungan pengelolaan sekolah dalam mewujudkan wawasan WIYATA MANDALA.
Dari
visi dan misi tersebut di atas dapat diketahui bahwa dalam menerpakan konsep
pendidikan di SMK Bina Bangsa ingin menerapkan bahwa sekolah adalah salah satu sumber dalam meningkatkan
kompetensi baik siswa maupun guru. Jadi, tidak hanya siswa yang belajar, tetapi
lingkungan pun dimana guru yang menjadi fasilitator pembelajaran menjadi
seorang individu yang turut belajar dan
dapat dikatakan sebagai lingkungan yang pembelajar “learning environment”.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat
teori pendidikan yaitu teori behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisime,
dan humanistik. Sedangkan untuk konsep pendidikan yang penulis simpulkan
berdasarkan dari beberapa pendapat yaitu Pendidikan merupakan usaha sadar yang
dilakukan secara terencana melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mengembangkan
seluruh kemampuan (potensi) yang dimiliki seseorang baik itu pengetahuan,
keterampilan dan sikap untuk digunakan dalam memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Dari pemaparan di atas
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Teori pendidikan dapat dilihat dari 3 segi yaitu
bentuk, isi, dan asumsi pokok. Dari segi bentuk, teori pendidikan adalah sebuah
sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan prediktif tentang
peristiwa-peristiwa pendidikan. Isi sebuah teori pendidikan adalah sebuah
sistem konsep-konsep tentang peristiwa pendidikan. Sedang, asumsi
pokok menyatakan pendidikan adalah aktual, normatif, dan proses.
2. Konsep pendidikan meliputi pendidikan adalah
kehidupan, pendidikan adalah sekolah, dan pendidikan sekolah dan luar sekolah.
4.2 Saran
Diharapkan agar semua elemen masyarakat indonesia dapat mengetahui lebih
dalam tentang pendidikan terutama sejarah pendidikan di indonesia. Dengan
demikian kita dapat merasakan perjuangan yang dulu telah di perjuangkan dan
kita bisa meningkatkan mutu dari pendidikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal
Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Miarso, Yusufhadi. Kuliah umum Dasar-dasar Teknologi Pendidikan program
studi Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sriwijaya semester satu pada 2
September 2013.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soetriono dan Rita Hanafie. 2007. Filasafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Sukardjo. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sukmadiata, N.S. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.
Bandung: Yayasan Kusuma Karya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Uno, Hamzah B. Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
https://www.academia.edu/9343382/Teori_dan_Konsep_Pendidikan